Pendangkalan Sungai Progo tidak pengaruhi pasokan air
21 Agustus 2015 06:41 WIB
Endapan material vulkanik Gunung Merapi tampak berwarna putih kecoklatan di sepanjang tepi Sungai Progo di kawasan Kulon Progo, Yogyakarta difoto dari udara Minggu (27/11). Material vulkanik Merapi yang mengalir melalui Sungai Putih dan Pabelan bergabung masuk ke sungai Progo menyebabkan sedimentasi sungai Progo sangat parah dan merusak tebing-tebing sungai sepanjang puluhan kilometer. (FOTO ANTARA/Anis Efizudin)
Kulon Progo (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjamin pendangkalan Sungai Progo tidak mempengaruhi pasokan air melalui jaringan Irigasi Kalibawang dan Bendungan Sapon.
Kabid Pengarian DPU Kulon Progo Hadi Priyanto di Kulon Progo, Jumat, mengatakan kemampuan Intake Kalibawang dan Bendungan Sapon hanya menampung lima kubik per detik.
"Saat debit Sungai Progo besar dan mengalami pendangkalan tidak mempengaruhi penyaluran air. Kemampuan saluran irigasi primer hanya lima kubik per detik," katanya.
Ia mengatakan penggunaan air dibagi dalam beberapa golongan masa tanam, supaya kebutuhan air merata dan tidak terjadi kekurangan air.
Untuk itu, kata Hadi, setiap dua minggu sekali diadakan rapat koordinasi antarPerkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) untuk melakukan evaluasi penyaluran air dan membuat rancangan kebutuhan air dua minggu kedepannya.
"Kami mengatur golongan masa tanam supaya kebutuhan air mencukupi, menjaga kesuburan tanah, memutus siklus hama dan meningkatkan produksi panen," katanya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Tri Hidayatun mengatakan sawah seluas 4.650 hektare memasuki persiapan masa tanam pertama, setelah Daerah Irigasi Sapon dan Kalibawang di buka pada 1 Agustus.
"Saat ini, petani mulai mempersiapkan pengolahan lahan dan benih," kata
Ia mengatakan Daerah Irigasi Kalibawang dan Sapon mulai mendapat air hingga menanam padi pada Agustus, dan memanen padinya pada pada Desember hingga Januari.
Adapun luas lahan jaringan irigasi Kalibawang yakni sebagian Kalibawang seluas 800 hektare, Samigaluh 25 hektare, Girimulyo 75 hektare, Nanggulan1.600 hektare dan sebagian Sentolo 200 hektare.
Kemudian, luasan lahan untuk jaringan irigasi Sapon yakni Lendah, Panjatan, dan Galur seluas 1.950 hektare. Artinya, seluas 4.650 hektare memasuki masa tanam.
"Pengaturan pengairan sawah sudah sesuai pola tanam yakni padi-padi-palawija. Pada masa tamam (MT) I dan II petani menanam padi, dan MT III, petani menanam palawija. Harapannya, untuk mematian siklus hamam dan pada MT III juga dimanfaatkan untuk perbaikan jaringan irigasi," kata dia.
Kabid Pengarian DPU Kulon Progo Hadi Priyanto di Kulon Progo, Jumat, mengatakan kemampuan Intake Kalibawang dan Bendungan Sapon hanya menampung lima kubik per detik.
"Saat debit Sungai Progo besar dan mengalami pendangkalan tidak mempengaruhi penyaluran air. Kemampuan saluran irigasi primer hanya lima kubik per detik," katanya.
Ia mengatakan penggunaan air dibagi dalam beberapa golongan masa tanam, supaya kebutuhan air merata dan tidak terjadi kekurangan air.
Untuk itu, kata Hadi, setiap dua minggu sekali diadakan rapat koordinasi antarPerkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) untuk melakukan evaluasi penyaluran air dan membuat rancangan kebutuhan air dua minggu kedepannya.
"Kami mengatur golongan masa tanam supaya kebutuhan air mencukupi, menjaga kesuburan tanah, memutus siklus hama dan meningkatkan produksi panen," katanya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Tri Hidayatun mengatakan sawah seluas 4.650 hektare memasuki persiapan masa tanam pertama, setelah Daerah Irigasi Sapon dan Kalibawang di buka pada 1 Agustus.
"Saat ini, petani mulai mempersiapkan pengolahan lahan dan benih," kata
Ia mengatakan Daerah Irigasi Kalibawang dan Sapon mulai mendapat air hingga menanam padi pada Agustus, dan memanen padinya pada pada Desember hingga Januari.
Adapun luas lahan jaringan irigasi Kalibawang yakni sebagian Kalibawang seluas 800 hektare, Samigaluh 25 hektare, Girimulyo 75 hektare, Nanggulan1.600 hektare dan sebagian Sentolo 200 hektare.
Kemudian, luasan lahan untuk jaringan irigasi Sapon yakni Lendah, Panjatan, dan Galur seluas 1.950 hektare. Artinya, seluas 4.650 hektare memasuki masa tanam.
"Pengaturan pengairan sawah sudah sesuai pola tanam yakni padi-padi-palawija. Pada masa tamam (MT) I dan II petani menanam padi, dan MT III, petani menanam palawija. Harapannya, untuk mematian siklus hamam dan pada MT III juga dimanfaatkan untuk perbaikan jaringan irigasi," kata dia.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: