Jakarta (ANTARA News) - Psikiater mengatakan, gangguan bipolar umumnya terjadi mulai usia 15 tahun hingga 24 tahun.

"Ini karena di usia tersebut stressor tinggi. Di masa itu, seseorang tengah mencari identitas, kemudian mengalami perubahan bentuk tubuh. Selain itu, rentang usia itu biasanya memasuki masa kuliah bahkan sudah mulai menikah," ujar dr. Natalia Widiasih, SpKJ (K), Mpd. Ked., di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut, menurut dia, penderita gangguan bipolar biasanya mengalami gangguan suasana hati atau mood yang tidak bisa diprediksi.

Di samping itu, penderita mengalami penurunan energi, mudah sedih, tidak ingin melakukan apa-apa, namun bila sedang mengalami semangat, maka semangat itu berlebihan, yang berarti memasuki fase manik.

"Yang terganggu bukan hanya mood tetapi juga perilaku. Tidak semangat, sekalinya semangat bisa sangat semangat, malas mengerjakan apapun," kata Natalia.

Selain itu, pada fase ini penderita bisa mengalami peningkatan libido, memiliki banyak ide, merasa tidak perlu tidur, melakukan tindakan berisiko, berperilaku seduktif yang tak jarang menimbulkan masalah pada lingkungan, sosial dan hukum.

Sementara pada fase berikutnya, yakni depresi, penderita justru menunjukkan perasaan dan perilaku sebaliknya, seperti murung, menarik diri, merasa sedih, tidak bergairah, mudah tersinggung hingga adanya dorongan untuk bunuh diri.

"Ada fase-fase normal, tetapi begitu dia depresi, dia bisa sampai berusaha mengakhiri hidupnya," tutur dia.

Sementara itu, psikiater dari Rumah Sakit Pondok Indah dan Sanotorium Dharmawangsa, dr. Ashwin Kandouw, SpKJ, mengingatkan, penderita gangguan bipolar bermasalah dalam mengontrol emosinya, sehingga hilang kendali. Oleh karena itu, jangan dihakimi.

"Orang dengan bipolar itu rem emosinya blong. Dia kehilangan kendali atas suasana perasaanya, sehingga jangan dihakimi karena ini merupakan gangguan medis," tukas Ashwin dalam kesempatan yang sama.