Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pemuda dan Olahraga menyatakan siap memfasilitasi kebutuhan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) untuk mengirimkan atlet Indonesia ke Olimpiade Rio 2016.

"Siapkan apa pun yang dibutuhkan. Tentu kami akan mendukung apa yang menjadi kebutuhan PBSI, termasuk soal fasilitas psikologi olahraga," kata Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Djoko Pekik Irianto dalam forum "Bulu Tangkis Indonesia Setahun Menuju Olimpiade" di Jakarta, Rabu.

Dukungan dari Kemenpora, lanjut Djoko, juga berupa dana pengiriman atlet ke sejumlah turnamen di luar negeri untuk memenuhi poin kualifikasi olimpiade.

"Kualifikasi Olimpiade memang menjadi bagi dari prioritas kami. Tapi pada cabang bulu tangkis, PBSI tidak meminta semua dibiayai pemerintah karena ada dukungan sponsor. Semua yang diminta akan kami biayai asal tidak ada pembukuan ganda dari sponsor," kata Djoko.

Selain dukungan dana dan sarana, Kemenpora juga akan mendukung sejumlah atlet bulu tangkis nonpelatnas yang mempunyai prospek untuk merebut medali emas ke turnamen-turnamen kualifikasi Olimpiade.

"Secara teknis, kami akan membiarkan PBSI yang mengatur siapa atlet yang punya prospek. Kami hanya fasilitator. Jika ada atlet potensial yang tidak masuk dalam surat keputusan Satlak Prima dan menurut pengurus cabang olahraga dia punya prospek untuk diberangkatkan, kami akan biayai," kata Djoko.

Djoko menambahkan Kemenpora menyerahkan pengaturan jumlah turnamen di luar negeri untuk memenuhi poin kualifikasi Olimpiade Rio 2016 ke PBSI. Mekanisme itu juga berlaku untuk cabang-cabang olahraga lain yang potensi meraih medali emas dalam Olimpiade 2016.

Ketua Umum PBSI Gita Wirjawan berharap Kemenpora dapat segera menunjuk Ketua Kontingen Indonesia untuk Olimpiade Rio 2016 sebagai langkah awal persiapan.

Sementara, mantan Ketua Kontingen Indonesia dalam Olimpiade London 2012 Erick Thohir memberikan tiga saran persiapan menjelang Olimpiade 2016.

"Pendanaan harus siap atau pengiriman atlet hanya prioritas bagi atlet-atlet potensial," kata Erick.

Saran kedua, lanjut Erick, adalah komunikasi antarlembaga seperti Komite Olimpiade Indonesia, Komite Olahraga Nasional Indonesia, dan pengurus-pengurus cabang olahraga.

"Ketiga adalah persiapan bagi para atlet seperti cek kondisi kesehatan apakah cedera atau tidak, serta pengadaan alat-alat bagi atlet," kata Presiden Inter Milan itu.