Makassar (ANTARA News) - Permainan sembilan nilai antikorupsi (Semai) yang dilakukan sekitar 1.200 orang siswa SD dan SMP di Makassar memecahkan Rekor Muri.

"Ini merupakan suatu permainan untuk membangun karakter generasi muda agar memiliki integritas, sehingga menjadi generasi yang lebih baik dibandingkan sekarang," kata Wakil Wali Kota Makassar H Syamsu Rizal disela-sela permainan "Semai" di Lapangan Emmy Sealan, Makassar, Selasa.

Kegiatan "Semai" didukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Australia Indonesia Partnership of Justice (AIPJ) dan para agen Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK) Sulawesi Selatan.

Menurut Syamsu Rizal yang akrab disapa Deng Ichal, pihak Pemkot turut terbantu menyosialisasikan untuk membangun integritas generasi muda, khususnya siswa-siswa yang berada di bangku sekolah SD dan SMP.

Karena itu, lanjut dia, sosialisasi "Semai" tersebut bertujuan mengajarkan kepada anak-anak untuk menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi generasi yang handal.

Sementara itu, salah seorang agen "Semai" Andi Abiyu asal SMP Negeri 6 Makassar mengungkapkan kegembiraannya, karena dapat bermain bersama siswa-siswa dari sekolah lain.

"Saya senang, karena mendapat nilai tambahan agar kita tidak korupsi, ada nilai kejujuran, kesederhanaan, kerja sama dan lainnya," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Pencegahan KPK Cahya Hardiyanto Harefa mengatakan, mengajarkan nilai-nilai moral melalui bentuk permainan pada anak-anak akan lebih mudah diserap.

Melalui "Semai" itu, dia berharap, metode itu efektif membentuk karakter anak yang kedepan menjadi generasi muda yang tidak mudah terjerumus dalam kasus korupsi.

Hal senada dikemukakan Team Leader AIPJ Craig Ewers yang menyebutkan bahwa permainan itu sangat korupsi itu dapat diaplikasikan bagi siswa bersangkutan dan kemudian ditularkan ke teman-teman dan lingkungan keluarganya.

Permainan "Semai" telah disosialisasikam oleh 300 orang agen SPAK yang tersebar di 14 provinsi di Indonesia atas kerja sama KPK dan AIPJ. Permainan bedah kasus itu untuk mengetahui sikap anak dan bagaimana menyikapi suatu permasalahan tanpa perlu merugikan orang lain.

Permainan yang mirip dengan permainan "monopoli" ini dapat dilakukan diberbagai kesempatan seperti di sekolah, di rumah dan di tempat ibadah atau rekreasi.