Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengungkapkan kondisi cuaca di Papua sering berubah-ubah dan sulit diprediksi.

"Memang iya cuaca di Papua sulit diprediksi. Kalau kita lihat Papua itu daerah pegunungan karena itu proses perubahan cuaca sangat cepat," kata Andi di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan, laporan dari stasiun pemantau di Sentani Jayapura menyebutkan sebetulnya kondisi cuaca normal saat pesawat Trigana rute Jayapura-Oksibil dilaporkan kehilangan kontak.

"Jadi kita belum tahu lebih banyak, kita harus tunggu KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi)," kata Andi.

Andi mengatakan, BMKG sebetulnya mempunyai cukup banyak stasiun pemantauan di Papua seperti di Sentani, Sorong, Merauke, dan Wamena.

"Tapi memang daerah sana karena pegunungan jadi perubahan itu di satu titik dengan titik lain cepat sekali, jadi memerlukan peralatan yang cukup bisa mewakili daerah tersebut," tambah dia.

Andi menjelaskan, bandara-bandara kecil sudah dilengkapi dengan sistem observasi cuaca (Automatic Weather Observation System/AWOS) dan setiap bandara memang wajib dilengkapi alat ini.

Sedangkan bandara besar dan bertaraf internasional harus dilengkapi dengan berbagai peralatan termasuk radar. Saat ini BMKG bekerja sama dengan organisasi meteorologi dunia (WMO) untuk mengembangkan program navigasi udara global yang akan diterapkan di seluruh dunia pada 2028.

Pesawat Trigana Air IL-257 rute Jayapura-Oksibil hilang kontak Minggu sore (16/8) setelah lepas landas dari Bandara Sentani Jayapura pukul 14.22 LT (waktu setempat) dan semestinya di Oksibil pukul 15.04 LT.

Pesawat ini 49 penumpang dan awak, serta dipiloti Hasanudin.