Keluarga korban Trigana "curhat" kepada Ignasius Jonan
18 Agustus 2015 11:14 WIB
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan (kiri) dan Dirjen Perhubungan Udara Suprasetyo menyampaikan konferensi pers terkait musibah pesawat Trigana Air (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Sentani, Papua (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan berdialog dengan keluarga korban pesawat Trigana di posko Crisis Center, Bandara Udara Sentani, Kabupaten Jayapura.
Kepada Iganitus Jonan yang didampingi Kabasarnas Marsekal Madya FH Bambang Sulistyo, Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G Siahaan, keluarga korban menyampaikan sejumlah permintaan, antara lain penertiban administrasi tiket pesawat.
"Karena administrasi tidak tertib, akibatnya ada yang namanya terdaftar tapi tidak berangkat. Itu makanya yang berangkat itu namanya tidak tercatat," ujar seorang anggota keluarga korban.
Yang lainnya menyoroti penerbangan hari Minggu, dan ada pula yang mempersoalkan usia pesawat yang dioperasikan di Papua.
"Kalau bisa pesawat komersial yang beroperasi di Papua itu jangan yang lama, nanti kita orang Papua terus jadi korban Pak Menteri," kata salah satu keluarga korban.
Menanggapi hal itu, Jonan menjelaskan administrasi penerbangan sudah seharusnya tertib. "Seharusnya tertib administrasi. Tapi terkait masalah ini, maskapai yang tidak mengindahkan akan mendapat sanksi," janji Jonan.
Mengenai permintaan agar tidak ada penerbangan pada hari Minggu, Jonan meminta masyarakat dan Gubernur Papua menyurati pemerintah pusat.
"Kalau hal itu, selama ini saya belum pernah terima surat permintaan. Jadi ada baiknya menyurat resmi," kata Jonan.
Di hadapan para keluarga korban, Jonan memerintahkan Direktur Operasional Trigana Air Benny untuk menjelaskan soal administrasi dan tiket penumpang.
"Terkait nama-nama penumpang pesawat itu, tadi malam sudah kami bahas. Dan sudah ada kesesuaian pandangan, yang pasti kami dari maskapai selalu memperhatikan keselamatan penumpang dan lain-lainnya," ujar Benny.
Benny mengaku cukup lama melayani penerbangan di wilayah Papua.
"Sejak 1992 saya sudah terbang di Papua. Kita akan sama-sama benahi semua hal demi kebaikan Papua," kata Benny.
Kepada Iganitus Jonan yang didampingi Kabasarnas Marsekal Madya FH Bambang Sulistyo, Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G Siahaan, keluarga korban menyampaikan sejumlah permintaan, antara lain penertiban administrasi tiket pesawat.
"Karena administrasi tidak tertib, akibatnya ada yang namanya terdaftar tapi tidak berangkat. Itu makanya yang berangkat itu namanya tidak tercatat," ujar seorang anggota keluarga korban.
Yang lainnya menyoroti penerbangan hari Minggu, dan ada pula yang mempersoalkan usia pesawat yang dioperasikan di Papua.
"Kalau bisa pesawat komersial yang beroperasi di Papua itu jangan yang lama, nanti kita orang Papua terus jadi korban Pak Menteri," kata salah satu keluarga korban.
Menanggapi hal itu, Jonan menjelaskan administrasi penerbangan sudah seharusnya tertib. "Seharusnya tertib administrasi. Tapi terkait masalah ini, maskapai yang tidak mengindahkan akan mendapat sanksi," janji Jonan.
Mengenai permintaan agar tidak ada penerbangan pada hari Minggu, Jonan meminta masyarakat dan Gubernur Papua menyurati pemerintah pusat.
"Kalau hal itu, selama ini saya belum pernah terima surat permintaan. Jadi ada baiknya menyurat resmi," kata Jonan.
Di hadapan para keluarga korban, Jonan memerintahkan Direktur Operasional Trigana Air Benny untuk menjelaskan soal administrasi dan tiket penumpang.
"Terkait nama-nama penumpang pesawat itu, tadi malam sudah kami bahas. Dan sudah ada kesesuaian pandangan, yang pasti kami dari maskapai selalu memperhatikan keselamatan penumpang dan lain-lainnya," ujar Benny.
Benny mengaku cukup lama melayani penerbangan di wilayah Papua.
"Sejak 1992 saya sudah terbang di Papua. Kita akan sama-sama benahi semua hal demi kebaikan Papua," kata Benny.
Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015
Tags: