Bom Bangkok bukan ulah pemberontak Thailand selatan
18 Agustus 2015 10:24 WIB
Para ahli menyelidiki lokasi ledakan di pusat kota Bangkok, Senin (17/8). Sebuah bom di sepeda motor meledak kemarin di depan kuil Hindu di ibukota Thailand dan menewaskan 27 orang, termasuk turis asing, menurut berita media, sebuah serangan yang menurut pemerintah bertujuan menghancurkan ekonomi. (REUTERS/Athit Perawongmetha )
Bangkok (ANTARA News) - Ledakan bom yang merusakkan sebuah persimpangan sibuk di Bangkok pusat yang menewaskan 19 orang "tidak sama" dengan taktik yang biasa digunakan pemberontak separatis di Thailand selatan.
"Pemboman ini tidak sama dengan insiden-insiden di Thailand selatan. Jenis bom yang digunakan juga tidak berada di selatan," kata Kepala Staf Angkatan Darat dan Wakil Menteri Pertahanan Kerajaan Thailand Jenderal Udomdej Sitabutr dalam wawancara televisi seperti dikutip Reuters.
Sejauh ini tidak ada satu kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi Senin malam yang juga membuat lusinan orang luka-luka. Pemerintah Thailand sendiri belum menuding siapa-siapa.
Tiga provinsi di bagian selatan Thailand adalah tempat bagi pemberontakan lama kaum separatis muslim.
Sejak 2004, sekitar 6.500 orang, yang kebanyakan warga sipil, tewas dalam kekerasan di negeri itu.
Kekerasan itu jarang merembet ke luar wilayah tiga provinsi itu, demikian Reuters.
"Pemboman ini tidak sama dengan insiden-insiden di Thailand selatan. Jenis bom yang digunakan juga tidak berada di selatan," kata Kepala Staf Angkatan Darat dan Wakil Menteri Pertahanan Kerajaan Thailand Jenderal Udomdej Sitabutr dalam wawancara televisi seperti dikutip Reuters.
Sejauh ini tidak ada satu kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi Senin malam yang juga membuat lusinan orang luka-luka. Pemerintah Thailand sendiri belum menuding siapa-siapa.
Tiga provinsi di bagian selatan Thailand adalah tempat bagi pemberontakan lama kaum separatis muslim.
Sejak 2004, sekitar 6.500 orang, yang kebanyakan warga sipil, tewas dalam kekerasan di negeri itu.
Kekerasan itu jarang merembet ke luar wilayah tiga provinsi itu, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015
Tags: