Wisata alam Kedung Maor belum dikelola optimal
18 Agustus 2015 06:13 WIB
ilustrasi--Pacuan Gerobak Sampah. Dua kelompok petugas kebersihan adu kecepatan dalam pacuan gerobak sampah untuk memperingati HUT ke-70 Proklamasi Kemerdekaan RI di Pantai Kuta, Bali, Senin (17/8). Lomba yang melibatkan pedagang, wisatawan, petugas kebersihan dan pertamanan Pemkab Badung tersebut untuk menghibur dan apresiasi bagi petugas-petugas pemungut sampah. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Bojonegoro (ANTARA News) - Wisata alam Kedung Maor, berupa sungai yang terdapat danau di tengah kawasan hutan jati di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang mulai dikunjungi wisatawan domestik belum dikelola optimal.
Seorang petugas parkir dari Karang Taruna Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro Hari Purwanto, Senin, mengatakan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro selaku pemilik kawasan hutan di daerah setempat belum mengelola Kedung Maor, sebagai objek wisata.
Padahal, menurut dia, lokasi setempat mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik dan luar daerah sejak setahun lalu.
"Kami dari Karang Taruna Desa Kedung Maor, atas persetujuan Kepala Desa (Kades) Kedungsumber, kemudian membuka lahan parkir, agar pengunjung bisa tertib," katanya.
Menurut dia, pengunjung Kedung Maor tidak dikenakan karcis tanda masuk, tapi dikenakan biaya parkir untuk kendaraan roda dua Rp5.000/kendaraan dan roda empat Rp10.000/kendaraan.
"Pengunjungnya banyak, selain lokal juga ada yang dari luar kota, seperti dari Gresik dan Surabaya," ucapnya.
Ia menyebutkan jumlah pengunjung bisa mencapai 500 pengunjung, pada hari libur Minggu. "Kalau Hari Raya Idul Fitri yang lalu, ya pengunjungnya penuh. Pengunjung datang ya hanya duduk-duduk melihat air dan tebing Kedung Maor," ucapnya, menegaskan.
Seorang warga Desa Baureno, Kecamatan Baureno, Bojonegoro Wahyu Hidayat, menjelaskan kedatangannya ke Kedung Maor, yang kedua kalinya ini untuk mengikuti upacara HUT ke-70 RI dengan grup pecinta alam.
"Kami menginap semalam di lokasi ini," ucapnya.
Ketua Dewan Kepurbakalaan Bojonegoro Ali Syafaat, menjelaskan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan ahli Geologi dari Bandung bahwa tebing di sungai Kedung Maor, terdapat binatang laut, semacam kerang-kerangan.
"Kesimpulan ahli geologi lokasi Kedung Maor dulunya laut dalam, sehingga layak dijadikan obyek wisata alam," ucapnya.
Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Suyanto, menjelaskan Kedung Maor, merupakan salah satu obyek wisata yang akan dikembangkan di daerahnya.
"Tapi pengembangan Kedung Maor dilakukan bekerja sama dengan UPN Veteran Yogyakarta, yang menangani Bojonegoro, sebagai wisata alam "geoheritage"," jelas dia.
Seorang petugas parkir dari Karang Taruna Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro Hari Purwanto, Senin, mengatakan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro selaku pemilik kawasan hutan di daerah setempat belum mengelola Kedung Maor, sebagai objek wisata.
Padahal, menurut dia, lokasi setempat mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik dan luar daerah sejak setahun lalu.
"Kami dari Karang Taruna Desa Kedung Maor, atas persetujuan Kepala Desa (Kades) Kedungsumber, kemudian membuka lahan parkir, agar pengunjung bisa tertib," katanya.
Menurut dia, pengunjung Kedung Maor tidak dikenakan karcis tanda masuk, tapi dikenakan biaya parkir untuk kendaraan roda dua Rp5.000/kendaraan dan roda empat Rp10.000/kendaraan.
"Pengunjungnya banyak, selain lokal juga ada yang dari luar kota, seperti dari Gresik dan Surabaya," ucapnya.
Ia menyebutkan jumlah pengunjung bisa mencapai 500 pengunjung, pada hari libur Minggu. "Kalau Hari Raya Idul Fitri yang lalu, ya pengunjungnya penuh. Pengunjung datang ya hanya duduk-duduk melihat air dan tebing Kedung Maor," ucapnya, menegaskan.
Seorang warga Desa Baureno, Kecamatan Baureno, Bojonegoro Wahyu Hidayat, menjelaskan kedatangannya ke Kedung Maor, yang kedua kalinya ini untuk mengikuti upacara HUT ke-70 RI dengan grup pecinta alam.
"Kami menginap semalam di lokasi ini," ucapnya.
Ketua Dewan Kepurbakalaan Bojonegoro Ali Syafaat, menjelaskan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan ahli Geologi dari Bandung bahwa tebing di sungai Kedung Maor, terdapat binatang laut, semacam kerang-kerangan.
"Kesimpulan ahli geologi lokasi Kedung Maor dulunya laut dalam, sehingga layak dijadikan obyek wisata alam," ucapnya.
Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Suyanto, menjelaskan Kedung Maor, merupakan salah satu obyek wisata yang akan dikembangkan di daerahnya.
"Tapi pengembangan Kedung Maor dilakukan bekerja sama dengan UPN Veteran Yogyakarta, yang menangani Bojonegoro, sebagai wisata alam "geoheritage"," jelas dia.
Pewarta: Slamet AS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: