BMKG deteksi enam titik panas di Riau
17 Agustus 2015 22:45 WIB
ilustrasi Pemadaman Kebakaran Hutan Riau Petugas Manggala Agni dibantu Helikopter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berusaha memadamkan api yang membakar lahan gambut di Pekanbaru, Riau, Senin (3/8). (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi enam titik panas berada di Provinsi Riau dari total 38 titik panas di Pulau Sumatera.
"Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada pukul 16.00 WIB kembali terdapat enam titik panas yang muncul di tiga kabupaten di Riau," kata Kepala BMKG Pekanbaru Sugarin di Pekanbaru, Senin.
Ia menjelaskan secara keseluruhan 38 titik panas yang terdeteksi di Sumatera yakni berada di Jambi dengan 16 titik panas, Sumatera Selatan 12 titik panas, Bangka Belitung tiga titik panas dan Lampung satu titik panas.
Sementara di Riau enam titik panas tersebar di Kampar dengan tiga titik panas, Kuansing dan Indragiri Hulu masing-masing dua dan satu titik panas.
Selanjutnya untuk tingkat kepercayaan 70 persen yang menandakan adanya titik api terdapat empat titik api yang terdeteksi di Kampar dengan tiga titik api dan Kuantan Singingi satu titik api.
Menurut Sugarin, temperatur maksimal di Riau yang mencapai 32 hingga 34 derajat celcius menyebabkan daerah tersebut masih rentan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan catatan Antara, titik panas terakhir kali terjadi pada akhir Juli 2015 lalu, sementara tercatat sejak awal Agustus hingga perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 70 ini tidak ada titik panas maupun titik api yang terdeteksi.
Kebakaran hutan dan lahan di Riau dikhawatirkan akan masih terus terjadi karena menurut Sugarin musim kemarau masih akan melanda sebagian besar wilayah Riau hingga September 2015 mendatang.
Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mengklaim, sebanyak 1.872 hektare dari 1.880 hektare lahan terbakar akibat kebakaran lahan dan hutan (karlahut) di lahan produktif dan non produktif telah dipadamkan.
"Sekitar dua bulan terakhir atau terhitung 22 Juni hingga Agustus ini, sudah 1.880 hektare lahan terbakar. Dari luas areal yang terbakar itu, sekitar 1.872 hektare dipastikan sudah padam total," papar Kepala BPBD Provinsi Riau, Edwar Sanger.
Sanger menjelaskan BPBD telah mengerahhkan berbagai upaya untuk terus mengatasi permasalahan 18 tahun terakhir, mulai pemadaman lewat jalur darat dan udara dengan bom air atau penyemaian garam menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Edwar mengatakan, karlahut di provinsi tersebut telah terjadi di 12 kabupaten/kota. "Dimana Pelalawan, Bengkalis, Rokan Hilir, Siak, Kampar dan Pekanbaru menjadi lokasi yang terparah terjadinya karlahut," terangnya.
"Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada pukul 16.00 WIB kembali terdapat enam titik panas yang muncul di tiga kabupaten di Riau," kata Kepala BMKG Pekanbaru Sugarin di Pekanbaru, Senin.
Ia menjelaskan secara keseluruhan 38 titik panas yang terdeteksi di Sumatera yakni berada di Jambi dengan 16 titik panas, Sumatera Selatan 12 titik panas, Bangka Belitung tiga titik panas dan Lampung satu titik panas.
Sementara di Riau enam titik panas tersebar di Kampar dengan tiga titik panas, Kuansing dan Indragiri Hulu masing-masing dua dan satu titik panas.
Selanjutnya untuk tingkat kepercayaan 70 persen yang menandakan adanya titik api terdapat empat titik api yang terdeteksi di Kampar dengan tiga titik api dan Kuantan Singingi satu titik api.
Menurut Sugarin, temperatur maksimal di Riau yang mencapai 32 hingga 34 derajat celcius menyebabkan daerah tersebut masih rentan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan catatan Antara, titik panas terakhir kali terjadi pada akhir Juli 2015 lalu, sementara tercatat sejak awal Agustus hingga perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 70 ini tidak ada titik panas maupun titik api yang terdeteksi.
Kebakaran hutan dan lahan di Riau dikhawatirkan akan masih terus terjadi karena menurut Sugarin musim kemarau masih akan melanda sebagian besar wilayah Riau hingga September 2015 mendatang.
Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mengklaim, sebanyak 1.872 hektare dari 1.880 hektare lahan terbakar akibat kebakaran lahan dan hutan (karlahut) di lahan produktif dan non produktif telah dipadamkan.
"Sekitar dua bulan terakhir atau terhitung 22 Juni hingga Agustus ini, sudah 1.880 hektare lahan terbakar. Dari luas areal yang terbakar itu, sekitar 1.872 hektare dipastikan sudah padam total," papar Kepala BPBD Provinsi Riau, Edwar Sanger.
Sanger menjelaskan BPBD telah mengerahhkan berbagai upaya untuk terus mengatasi permasalahan 18 tahun terakhir, mulai pemadaman lewat jalur darat dan udara dengan bom air atau penyemaian garam menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Edwar mengatakan, karlahut di provinsi tersebut telah terjadi di 12 kabupaten/kota. "Dimana Pelalawan, Bengkalis, Rokan Hilir, Siak, Kampar dan Pekanbaru menjadi lokasi yang terparah terjadinya karlahut," terangnya.
Pewarta: Fazar Muhardi & Anggi Romadhoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: