Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR RI Krisna Mukti menganggap pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo pada Sidang Tahunan MPR di Komplek Parlemen Senayan, Jumat, adalah sebuah retorika dan tidak menyentuh hal-hal yang penting.
"Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang retorik, hanya menyentuh hal-hal mendasar dan tidak membahas suatu masalah secara rinci," ujar Krisna ketika ditemui di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat.
Krisna melanjutkan, awalnya dia berpikir Presiden akan menyinggung salah satu permasalahan pelik yang sedang melanda Indonesia, yaitu merosotnya keadaan ekonomi.
Namun kenyataannya, kata dia, pembahasan soal itu sekadarnya saja dan hanya ditujukan untuk memompa semangat saja.
"Saya pikir Presiden akan membahas tentang kemerosotan ekonomi dan imbasnya terhadap nilai rupiah atau bagaimana cara menanganinya. Ternyata hanya lewat saja dan tidak dibahas secara mendetail," ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini.
Selain itu, Krisna juga menyorot masalah kebudayaan yang, menurutnya, hanya disinggung sedikit oleh Presiden.
Padahal, dia menambahkan, pembahasan budaya diperlukan demi memuluskan jalan RUU tentang Kebudayaan yang sedang dibahas di parlemen.
"Tentang kebudayaan hanya disinggung sedikit oleh Presiden. Kami dari Komisi X berharap pemerintah menjadikan masalah kebudayaan ini sebuah hal penting," tutur pria yang juga berprofesi sebagai seniman sinema elektronik ini.
Ada pun dalam pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo yang disampaikan dalam Sidang Tahunan MPR 2015, kata "budaya" disebutkan sebanyak lima kali, yang ada di dalam empat paragraf.
Salah satu diantaranya adalah Presiden mengajak bangsa Indonesia untuk kembali menggali budaya maritim.
(T.M054/I007)
Legislator anggap Pidato Presiden bersifat retorik
14 Agustus 2015 19:34 WIB
Krisna Mukti (ANTARA FOTO/Teresia May)
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: