Mendag: stok sapi cukup di tempat penggemukan
10 Agustus 2015 13:38 WIB
Ilustrasi--Pedagang Daging Sapi Mogok Pedagang duduk di atas meja kios daging yang kosong di Blok III Pasar Senen, Jakarta, Minggu (9/8). Sejumlah pedagang daging sapi di beberapa pasar tradisional melakukan aksi mogok jualan hingga Rabu (13/8) karena harga daging tersebut terus merangkak naik hingga mencapai Rp 130 ribu/kg.(ANTARA FOTO/Reno Esnir)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengatakan stok sapi di tempat penggemukan sapi atau feedlot saat ini cukup dan mampu memenuhi kebutuhan daging sapi selama 2--3 bulan ke depan.
"Jadi kalau tadi saya bicara sama Menteri Pertanian ya bahwa stok di feedlo itu ada sampai 2--3 bulan cukup," katanya usai meresmikan Depo Bahan Pokok (Bapok) Kita di Pasar Kramatjati, Jakarta, Senin.
Ia mengatakan jika stok yang ada di tempat penggemukan telah didistribusikan untuk dijual maka keran impor akan dibuka kembali sesuai kebutuhan.
Terkait isu kelangkaan yang terjadi akibat aksi mogok pedagang daging sapi, ia mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Kepolisian Republik Indonesia dalam membahas isu kelangkaan daging sapi.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Menteri Pertanian dan juga Kapolri untuk membahas tentang kelangkaan akibat mogok yang diserukan oleh asosiasi pedagang sapi bahwa ajakan mogok dari pedagang sapi ini sebetulnya sudah mengganggu roda ekonomi nasional kita di tengah ekonomi lesu sekarang ini," tuturnya.
Ia mengatakan tindakan menghasut dan mengajak untuk tidak menjual daging sapi mengganggu roda ekonomi dan menciptakan harga semakin mahal.
Mengingat ketersediaan sapi yang cukup, ia mengatakan pihaknya akan membawa ke arah hukum jika menemukan adanya permainan penimbunan stok sapi oleh pihak-pihak tertentu.
"Kami akan menggunakan juga Undang-undang Perdagangan dan Kementerian Pertanian juga akan menggunakan Undang-undang Pangan untuk mengatasi hal ini," katanya.
Ia mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Pertanian dan memastikan stok sapi di tempat penggemukan itu cukup, hanya memang pihak di tempat penggemukan sapi menahan karena impor sapi yang belum dikeluarkan.
"Itu sebetulnya sudah bisa dikategorikan pidana kalau mereka menahan menimbun itu sudah pidana sebetulnya," tuturnya.
Izin impor sapi, lanjutnya, dikeluarkan untuk menjaga suplai dan stabilitas harga.
"Dari sekarang ke depan untuk menjaga stabilitas suplai dan harga oleh karena itu izin dari pada impor itu diberikan kepada Bulog. Buloglah yang mengatur karena fungsinya untuk itu, jadi Buloglah yang harus bertanggung jawab (terhadap impor), tidak lagi lagi diberikan kepada para pengusaha-pengusaha importir itu," tuturnya.
Ia mengatakan pihaknya telah mengeluarkan izin untuk mengimpor sapi sebesar 50.000 ekor yang diberikan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog).
Ia mengatakan kebutuhan nasional terhadap daging sapi siap potong setiap bulan sebanyak 45.000 ekor.
"Kita sudah mengeluarkan impor, makanya juga kita sudah mengeluarkan impor 50.000 ekor sapi melalui Bulog. Sudah dikeluarkan izin impornya, realisasinya tentu perlu waktu proses," tuturnya.
Ia mengatakan jika izin impor diberikan kepada pihak importir lainnya selain Bulog, maka dikhawatirkan adanya kemungkinan menahan suplai.
"Karena kalau diberikan kepada pengusaha importir itu, ya seperti sekarang ini terjadinya, mereka mengendalikan mereka tidak mau melepaskan sapi-sapinya.
Dan ini sebetulnya sudah menyalahi daripada kepercayaan pemerintah yang diberikan kepada mereka," ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, Bulog melakukan operasi pasar untuk menjaga ketersediaan daging sapi.
"Sekarang Bulog, untuk mengatasi sekarang ini melakukan operasi pasar," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan pihaknya akan berusaha mencari tahu pelaku yang menahan sapi sehingga mengakibatkan munculnya isu kelangkaan padahal sebenarnya stok masih cukup di tempat penggemukan.
Ia mengatakan stok yang ada di tempat penggemukan sapi itu seharusnya dilepas. Karena stok tidak dilepas untuk didistribusikan ke pasar maka harga daging sapi meningkat.
"Jadi kalau tadi saya bicara sama Menteri Pertanian ya bahwa stok di feedlo itu ada sampai 2--3 bulan cukup," katanya usai meresmikan Depo Bahan Pokok (Bapok) Kita di Pasar Kramatjati, Jakarta, Senin.
Ia mengatakan jika stok yang ada di tempat penggemukan telah didistribusikan untuk dijual maka keran impor akan dibuka kembali sesuai kebutuhan.
Terkait isu kelangkaan yang terjadi akibat aksi mogok pedagang daging sapi, ia mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Kepolisian Republik Indonesia dalam membahas isu kelangkaan daging sapi.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Menteri Pertanian dan juga Kapolri untuk membahas tentang kelangkaan akibat mogok yang diserukan oleh asosiasi pedagang sapi bahwa ajakan mogok dari pedagang sapi ini sebetulnya sudah mengganggu roda ekonomi nasional kita di tengah ekonomi lesu sekarang ini," tuturnya.
Ia mengatakan tindakan menghasut dan mengajak untuk tidak menjual daging sapi mengganggu roda ekonomi dan menciptakan harga semakin mahal.
Mengingat ketersediaan sapi yang cukup, ia mengatakan pihaknya akan membawa ke arah hukum jika menemukan adanya permainan penimbunan stok sapi oleh pihak-pihak tertentu.
"Kami akan menggunakan juga Undang-undang Perdagangan dan Kementerian Pertanian juga akan menggunakan Undang-undang Pangan untuk mengatasi hal ini," katanya.
Ia mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Pertanian dan memastikan stok sapi di tempat penggemukan itu cukup, hanya memang pihak di tempat penggemukan sapi menahan karena impor sapi yang belum dikeluarkan.
"Itu sebetulnya sudah bisa dikategorikan pidana kalau mereka menahan menimbun itu sudah pidana sebetulnya," tuturnya.
Izin impor sapi, lanjutnya, dikeluarkan untuk menjaga suplai dan stabilitas harga.
"Dari sekarang ke depan untuk menjaga stabilitas suplai dan harga oleh karena itu izin dari pada impor itu diberikan kepada Bulog. Buloglah yang mengatur karena fungsinya untuk itu, jadi Buloglah yang harus bertanggung jawab (terhadap impor), tidak lagi lagi diberikan kepada para pengusaha-pengusaha importir itu," tuturnya.
Ia mengatakan pihaknya telah mengeluarkan izin untuk mengimpor sapi sebesar 50.000 ekor yang diberikan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog).
Ia mengatakan kebutuhan nasional terhadap daging sapi siap potong setiap bulan sebanyak 45.000 ekor.
"Kita sudah mengeluarkan impor, makanya juga kita sudah mengeluarkan impor 50.000 ekor sapi melalui Bulog. Sudah dikeluarkan izin impornya, realisasinya tentu perlu waktu proses," tuturnya.
Ia mengatakan jika izin impor diberikan kepada pihak importir lainnya selain Bulog, maka dikhawatirkan adanya kemungkinan menahan suplai.
"Karena kalau diberikan kepada pengusaha importir itu, ya seperti sekarang ini terjadinya, mereka mengendalikan mereka tidak mau melepaskan sapi-sapinya.
Dan ini sebetulnya sudah menyalahi daripada kepercayaan pemerintah yang diberikan kepada mereka," ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, Bulog melakukan operasi pasar untuk menjaga ketersediaan daging sapi.
"Sekarang Bulog, untuk mengatasi sekarang ini melakukan operasi pasar," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan pihaknya akan berusaha mencari tahu pelaku yang menahan sapi sehingga mengakibatkan munculnya isu kelangkaan padahal sebenarnya stok masih cukup di tempat penggemukan.
Ia mengatakan stok yang ada di tempat penggemukan sapi itu seharusnya dilepas. Karena stok tidak dilepas untuk didistribusikan ke pasar maka harga daging sapi meningkat.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015
Tags: