BI: penguatan dolar AS tak akan berlangsung lama
7 Agustus 2015 15:13 WIB
Berdasarkan kurs JISDOR Bank Indonesia pada Jumat, nilai tukar rupiah mencapai Rp13.536 per dolar AS, melemah dibandingkan hari sebelumnya Rp13.529 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang tidak akan berlangsung lama seiring dengan akan dinaikkannya Fed Fund Rate oleh Bank Sentral Amerika Serikat menjelang akhir tahun ini.
"Menurut saya tinggal sebentar lagi, kalau nanti bulan September naik suku bunga Amerika, kemudian Desember naik lagi, maka setelah itu mudah-mudahan situasi pasar keuangan akan lebih stabil," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, situasi saat ini sama seperti situasi tahun 2013, ketika pasar keuangan menunggu pengurangan stimulus moneter oleh Amerika.
"(Saat itu) pasar keuangan negara emerging market goyang, tapi setelah stimulusnya benar-benar dikurangi tahun 2014, malah pasar keuangannya stabil," ujar Mirza.
Ia mengatakan setelah kenaikan suku bunga Amerika Serikat, baik sekali ataupun dua kali kenaikan, arus modal masuk diperkirakan kembali masuk ke Indonesia.
"Sekarang mereka sudah paham inflasi sudah turun, tahun lalu 8,3 persen tahun ini 4,3-4,5 persen, tahun depan mungkin 4,5 persen, CAD (defisit transaksi berjalan) turun signifikan menjadi 2,5 persen dari PDB. Maka nanti setelah bulan Desember, pasar keuangan positif," kata Mirza.
Dengan kondisi pasar keuangan saat ini, lanjut Mirza, BI sebagai otoritas moneter terus menjaga stabilitas kurs rupiah di pasar.
"Tentu Bank Indonesia hadir di pasar untuk ikut memberikan suplai dolar. Kita menggunakan cadev (cadangan devisa), tapi cadev kita saat ini masih sangat baik, sekitar 6,5 bulan impor plus pembayaran utang yang jatuh tempo," ujar Mirza.
"Menurut saya tinggal sebentar lagi, kalau nanti bulan September naik suku bunga Amerika, kemudian Desember naik lagi, maka setelah itu mudah-mudahan situasi pasar keuangan akan lebih stabil," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, situasi saat ini sama seperti situasi tahun 2013, ketika pasar keuangan menunggu pengurangan stimulus moneter oleh Amerika.
"(Saat itu) pasar keuangan negara emerging market goyang, tapi setelah stimulusnya benar-benar dikurangi tahun 2014, malah pasar keuangannya stabil," ujar Mirza.
Ia mengatakan setelah kenaikan suku bunga Amerika Serikat, baik sekali ataupun dua kali kenaikan, arus modal masuk diperkirakan kembali masuk ke Indonesia.
"Sekarang mereka sudah paham inflasi sudah turun, tahun lalu 8,3 persen tahun ini 4,3-4,5 persen, tahun depan mungkin 4,5 persen, CAD (defisit transaksi berjalan) turun signifikan menjadi 2,5 persen dari PDB. Maka nanti setelah bulan Desember, pasar keuangan positif," kata Mirza.
Dengan kondisi pasar keuangan saat ini, lanjut Mirza, BI sebagai otoritas moneter terus menjaga stabilitas kurs rupiah di pasar.
"Tentu Bank Indonesia hadir di pasar untuk ikut memberikan suplai dolar. Kita menggunakan cadev (cadangan devisa), tapi cadev kita saat ini masih sangat baik, sekitar 6,5 bulan impor plus pembayaran utang yang jatuh tempo," ujar Mirza.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: