Menlu Suriah lakukan lawatan pertama ke Teluk sejak konflik
7 Agustus 2015 06:39 WIB
Menteri Luar Negeri Suriah Walid Moualem berbicara dalam konferensi pers di Damaskus, Selasa (27/8). Suriah akan tetap menekan dengan upaya militer meskipun banyak serangan asing potensial di wilayahya, Moualem menambahkan serangan apapun akan menimbulkan ketertarikan kelompok pemberontak terkait al-Qaeda. "Upaya militer (pemerintah) tidak akan berhenti di sekitar Damaskus. Jika tujuannya untuk membatasi kemenangan pasukan bersenjata kami, mereka tidak akan berhasil". (REUTERS/ Khaled al-Hariri )
Damaskus (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Suriah, Kamis, menuju ke Oman dalam kunjungan pertamanya ke negara Teluk sejak terjadinya perang brutal di negaranya pada 2011, menurut media Suriah.
"Walid Muallem Kamis akan menuju Muscat, ibu kota Oman, untuk kunjungan pertamanya ke negara Arab dalam hampir empat tahun terakhir, atas undangan resmi timpalannya dari Oman, Yussef bin Alawi," kata laporan harian Al-Watan, yang dekat dengan pemerintah, lapor AFP.
Muscat belum memutuskan hubungan diplomatik dan politik dengan Damaskus, seperti negara-negara Teluk lainnya, kata Al-Watan.
Media itu juga menulis tentang pertemuan potensial di Muscat antara diplomat dari Suriah, Iran, dan Arab Saudi.
Iran, bersama dengan Rusia, adalah pendukung utama rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, sementara Arab Saudi adalah pendukung terkemuka dari pihak oposisi.
Muallem akan bepergian dari Teheran, tempat ia telah bertemu dengan para pejabat Iran tingkat tinggi, termasuk Presiden Hassan Rohani.
Menteri Suriah itu juga bertemu dengan Mikhail Bogdanov, wakil Menteri Luar Negeri Rusia dan utusan khusus untuk Timur Tengah.
Kunjungan Muallem ke Teheran bertepatan dengan pengumuman Iran terkait rencana perdamaian baru untuk mengakhiri konflik Suriah, yang telah berlangsung empat tahun dan menewaskan lebih dari 230 ribu orang.
Menurut televisi pro-rezim Al-Mayadeen, rencana perdamaian mengusulkan "gencatan senjata segera di Suriah, pembentukan pemerintah persatuan nasional, amandemen konstitusi... untuk menjamin hak-hak kelompok agama dan etnis minoritas, serta pemilihan umum yang diawasi pemantau internasional."
(Uu.G003/T008)
"Walid Muallem Kamis akan menuju Muscat, ibu kota Oman, untuk kunjungan pertamanya ke negara Arab dalam hampir empat tahun terakhir, atas undangan resmi timpalannya dari Oman, Yussef bin Alawi," kata laporan harian Al-Watan, yang dekat dengan pemerintah, lapor AFP.
Muscat belum memutuskan hubungan diplomatik dan politik dengan Damaskus, seperti negara-negara Teluk lainnya, kata Al-Watan.
Media itu juga menulis tentang pertemuan potensial di Muscat antara diplomat dari Suriah, Iran, dan Arab Saudi.
Iran, bersama dengan Rusia, adalah pendukung utama rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, sementara Arab Saudi adalah pendukung terkemuka dari pihak oposisi.
Muallem akan bepergian dari Teheran, tempat ia telah bertemu dengan para pejabat Iran tingkat tinggi, termasuk Presiden Hassan Rohani.
Menteri Suriah itu juga bertemu dengan Mikhail Bogdanov, wakil Menteri Luar Negeri Rusia dan utusan khusus untuk Timur Tengah.
Kunjungan Muallem ke Teheran bertepatan dengan pengumuman Iran terkait rencana perdamaian baru untuk mengakhiri konflik Suriah, yang telah berlangsung empat tahun dan menewaskan lebih dari 230 ribu orang.
Menurut televisi pro-rezim Al-Mayadeen, rencana perdamaian mengusulkan "gencatan senjata segera di Suriah, pembentukan pemerintah persatuan nasional, amandemen konstitusi... untuk menjamin hak-hak kelompok agama dan etnis minoritas, serta pemilihan umum yang diawasi pemantau internasional."
(Uu.G003/T008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: