Waspadai DBD saat kemarau
5 Agustus 2015 15:06 WIB
Fogging DBD Petugas melakukan pengasapan atau fogging untuk memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti penyebab terjadinya demam berdarah (DBD) di pemukiman warga Kelurahan Kepanjen, Jombang, Jawa Timur, Jumat (16/1). Memasuki musim hujan siklus hidup nyamuk tersebut mengalami peningkatan akibat banyaknya genangan air sehingga perlunya antisipasi agar wabah penyakit itu tidak berkembang. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif) ()
Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengingatkan warga untuk tetap mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD) selama musim kemarau selain infeksi saluran pernapasan akut.
"Demam berdarah dengue (DBD) dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang selalu ada sepanjang tahun. Saat musim kemarau seperti ini, keduanya tetap perlu diwaspadai karena dimungkinkan kasusnya bertambah," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Rabu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta jumlah kasus DBD di Kota Yogyakarta hingga saat ini mencapai 813 kasus dengan sembilan penderita meninggal dunia. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dibanding kasus yang terjadi sepanjang 2014.
Endang mengatakan, nyamuk pembawa virus DBD sudah semakin tahan dengan berbagai perubahan kondisi lingkungan, di antaranya mampu berkembang biak tidak hanya di air yang bersih tetapi juga di genangan air kotor.
Kondisi serupa pernah terjadi pada 2010, yaitu dengan sekitar 1.500 kasus DBD. "Kami belum bisa memastikan apakah terjadi siklus lima tahunan DBD atau tidak. Namun, kewaspadaan tetap harus dilakukan," katanya.
Endang menyebut, gerakan pemberantasan sarang nyamuk harus rutin dijalankan sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak. Selain itu, warga juga diimbau untuk tetap menjalankan pola hidup bersih dan sehat.
"Lokasi-lokasi yang sulit dijangkau, seperti talang air atau selokan yang mampet bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Semuanya harus dibersihkan," katanya.
Sementara itu, ISPA juga tetap diwaspadai meskipun penyakit tersebut tidak memiliki faktor risiko penyebab kematian. "Namun, jika dibiarkan tetap ada kemungkinan menyebabkan pneumonia, khususnya pada anak-anak dan bisa berakibat pada kematian," katanya.
Suhu udara yang kering dan lebih dingin, lanjut dia, menyebabkan warga lupa mengkonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup. "Meskipun tidak haus, tetap harus minum air putih. Minimal delapan gelas sehari," katanya.
Sedangkan pada bayi, langkah yang bisa dilakukan adalah melakukan vaksinasi dengan vaksin pentavalen.
"Demam berdarah dengue (DBD) dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang selalu ada sepanjang tahun. Saat musim kemarau seperti ini, keduanya tetap perlu diwaspadai karena dimungkinkan kasusnya bertambah," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Rabu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta jumlah kasus DBD di Kota Yogyakarta hingga saat ini mencapai 813 kasus dengan sembilan penderita meninggal dunia. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dibanding kasus yang terjadi sepanjang 2014.
Endang mengatakan, nyamuk pembawa virus DBD sudah semakin tahan dengan berbagai perubahan kondisi lingkungan, di antaranya mampu berkembang biak tidak hanya di air yang bersih tetapi juga di genangan air kotor.
Kondisi serupa pernah terjadi pada 2010, yaitu dengan sekitar 1.500 kasus DBD. "Kami belum bisa memastikan apakah terjadi siklus lima tahunan DBD atau tidak. Namun, kewaspadaan tetap harus dilakukan," katanya.
Endang menyebut, gerakan pemberantasan sarang nyamuk harus rutin dijalankan sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak. Selain itu, warga juga diimbau untuk tetap menjalankan pola hidup bersih dan sehat.
"Lokasi-lokasi yang sulit dijangkau, seperti talang air atau selokan yang mampet bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Semuanya harus dibersihkan," katanya.
Sementara itu, ISPA juga tetap diwaspadai meskipun penyakit tersebut tidak memiliki faktor risiko penyebab kematian. "Namun, jika dibiarkan tetap ada kemungkinan menyebabkan pneumonia, khususnya pada anak-anak dan bisa berakibat pada kematian," katanya.
Suhu udara yang kering dan lebih dingin, lanjut dia, menyebabkan warga lupa mengkonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup. "Meskipun tidak haus, tetap harus minum air putih. Minimal delapan gelas sehari," katanya.
Sedangkan pada bayi, langkah yang bisa dilakukan adalah melakukan vaksinasi dengan vaksin pentavalen.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: