Purwarupa pesawat Habibie R80 mulai dibuat 2016
Ilustrasi. Presiden Joko Widodo (kanan) mendengarkan penjelasan dari Presiden ke-3 RI BJ Habibie (kedua kiri) mengenai industri penerbangan didampingi Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir (kedua kanan) saat mengunjungi stan pameran National Innovation Forum 2015 di Puspiptek, Serpong, Tangerang, Senin (13/4). National Innovation Forum Tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi itu bertujuan untuk mempromosikan hasil-hasil riset dari lembaga litbang dan perguruan tinggi kepada dunia usaha dan masyarakat. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
"Semoga pertengahan tahun depan sudah tuntas semua (desainnya) sehingga pertengahan tahun depan kami sudah mulai membuat prototipe (purwarupa). Masih lama dari segi desain," ujar Ilham di Jakarta, Rabu.
Ia menuturkan saat ini pihaknya masih dalam tahap pembuatan desain awal R80, yakni dalam proses pemilihan komponen utama seperti mesin dan sistem pengendalian pesawat.
Pesawat R80 sebelumnya ditargetkan mulai terbang pada 2019, tetapi karena masalah teknis, Ilham memperkirakan pesawat tersebut baru siap diterbangkan pada 2021.
Untuk saat ini, tutur dia, terdapat tiga perusahaan penerbangan yang memesan pesawat itu mencapai total 145 unit, yakni dari Kalstar Indonesia, Nam Air dan Trigana Air.
Sementara itu, untuk mesin pesawat, ia mengatakan PT RAI akan menggunakaan mesin dari diantara tiga perusahaan pembuat mesin pesawat yang dipilih, yakni Rolls Royce asal Inggris, Pratt and Whitney asal Amerika Serikat serta General Electric asal Amerika Serikat.
Pesawat R80, menurut dia, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pesawat lain, diantaranya lebih besar dan hemat dalam penggunaan bahan bakar.
"Saya lihat biaya pengoperasian pesawat 30-50 persennya terkait bahan bakar, jadi mesin sangat menentukan. Kemajuan lain pesawat ini bisa juga di aerodinamika, kenyamanan kabin, material lebih maju, tapi yang paling penting lebih hemat 10-15 persen dibanding pesawat ATR," ujar dia.
Dengan keunggulan tersebut, Ilham mengatakan belum menentukan harga pasti untuk R80 karena belum menentukan mesin dan komponen-komponen yang akan dipakai. Namun, ia memperkirakan akan dibanderol sebesar 22 hingga 25 juta dolar AS per unit.
R80 merupakan suksesor dari pesawat N250 buatan IPTN yang kini disebut PT Dirgantara Indonesia. Sementara PT RAI yang mengembangkan R80, adalah perusahaan pembuat pesawat terbang komersil milik BJ Habibie.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015