Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menyatakan serius untuk menggarap wisata bahari, menjadikannya prioritas untuk dikembangkan pada 2015 hingga 2019.

"Wisata bahari itu porsinya 35 persen dari jenis wisata yang akan dikembangkan pada 2015 sampai 2019," kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, wisata bahari telah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata sebagai salah satu program unggulan dalam pembangunan kepariwisataan nasional.

Arief menekankan fokus pengembangan wisata bahari yakni pada destinasi pantai, selam dan selancar (surfing), yacht, cruise, serta kegiatan terkait laut dan masyarakat pesisir.

"Kita juga akan mendukung kampanye pelestarian lingkungan bahari dan peningkatan budaya bahari itu sendiri," katanya.

Ia berharap, kelak Indonesia akan menjadi destinasi bahari utama di dunia.

Kementerian Pariwisata menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara meningkat dalam lima tahun terakhir. Target 2014 yakni 1 juta orang, naik menjadi 1,3 juta pada 2015, 1,8 juta pada 2016, kemudian 2,3 juta pada 2017, dan 3 juta pada 2018, serta mencapai 4 juta orang pada 2019.

Wisata bahari juga ditargetkan mampu menyumbangkan devisa hingga 4 miliar dolar AS pada 2019. Sementara untuk target tahun ini mencapai 1 miliar dolar AS.

"Kami akan mengembangkan kawasan strategis pariwisata nasional khusus untuk bahari di sebanyak 25 titik pada lima tahun ke depan," katanya.

Ia menambahkan, pada tahap pertama pad atahun ini, kementerian akan mengembangkan delapan kawasan strategis pariwisata nasional khusus bahari.

Selain itu pemerintah akan membangun 100 marina, 10 pelabuhan kapal pesiar, serta 45 destinasi selam.

Pada tahun pertama, kata Arief, sebanyak 25 destinasi wisata selam akan dikembangkan sampai akhir tahun ini, di samping pembangunan marina di sejumlah daerah yang memungkinkan 750 kapal untuk bersandar, serta 400 call untuk pelabuhan kapal pesiar.

"Sebagian besar wisatawan mancanegara meminati wisata pantai lalu yacht, kemudian cruise dan selam," katanya.

Belum optimal

Menpar mengakui Indonesia belum optimal memanfaatkan wisata bahari sebagai sumber devisa padahal banyak negara lain sudah mengoptimalkannya.

Ia mencontohkan Queensland, Australia dengan panjang pangai 2.100 km bisa meraup devisa dari wisata bahari 3 miliar dolar AS pada 2012.

Sementara Indonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181 km kontribusi wisata baharinya hanya 1 miliar dolar AS.

Ke depan Arief menekankan pentingnya mengoptimalkan wisata bahari untuk menggenjot kinerja sektor pariwisata di Indonesia termasuk untuk mencapai target 20 juta wisman sekaligus memeratakan distribusi wisman ke seluruh pelosok nusantara.