Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan eceng gondok sebagai bahan baku pakan pengganti dedak sebagai upaya untuk menekan biaya pakan sehingga dapat meningkatkan margin keuntungan bagi pembudidaya sektor kelautan dan perikanan.

"Eceng gondok yang selama ini menjadi masalah di beberapa waduk dan perairan, dapat dimanfaatkan sebagai pengganti dedak, karena setelah dibuat tepung, kadar proteinnya hampir sama dengan dedak halus yaitu 12,51 persen," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut Soebjakto, saat ini harga dedak di pasaran sekitar Rp3.000-Rp4.000 perkilogram, sementara tepung eceng gondok perkiraan harganya sekitar Rp1.000 per kilogram.

Berdasarkan uji coba Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, pakan ikan mandiri dari eceng gondok, dapat menghasilkan pakan dengan kadar protein 32 persen.

"Kadar protein ini sudah sesuai Standar Nasional Indonesia. Konversi pakan ke daging ikan yang dihasilkan pun cukup bagus yaitu sekitar 1,6-1,7. Ini membuktikan bahwa eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan mandiri," katanya.

Ia berpendapat, hal itu juga sekaligus dapat dijadikan solusi bagi permasalahan eceng gondok di beberapa waduk atau perairan umum.

Konversi pakan yang dihasilkan itu, ujar dia, murni dari pakan, serta belum menggunakan aplikasi teknologi lain seperti bioflok atau sejenisnya.

"Saya yakin pakan mandiri ini akan mendukung peningkatan produksi," ungkap Slamet.

Sebagaimana diketahui, eceng gondok selama ini merupakan gulma yang sudah dirasakan sangat mengganggu bagi perairan waduk baik bagi pembudidaya maupun pengelola waduk tersebut.

Dengan pemanfaatan eceng gondok sebagai alternative bahan baku pakan ini, maka permasalahan gulma eceng gondok sedikit demi sedikit akan dapat diatasi dengan solusi yang positif.