Said Aqil ajak kandidat siap kalah-menang
28 Juli 2015 16:40 WIB
Dokumentasi Ketua Umum PB NU, Said Aqil Siradj (kiri), didampingi Ketua Panitia Pengarah Muktamar NU, Slamet Effendi Yusuf (tengah), dan Ketua Bidang Pendidikan PB NU, Arifin Junaidi, memberikan keterangan mengenai persiapan jelang Muktamar NU, di Jakarta, Jumat (24/7). Muktamar Nahdatul Ulama ke-33 akan berlangsung tanggal 1-5 Agustus 2015 di Jombang dengan tema menegakkan Islam nusantara untuk peradaban Indonesia dan dunia. (ANTARA FOTO/Akbar Gumay
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), KH Said Aqil Siroj, mengajak seluruh kandidat ketua umum yang akan bersaing di dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang, awal Agustus, siap untuk menang maupun kalah.
"Siapa pun yang maju dalam pemilihan ketua umum, maka harus siap menang sekaligus siap kalah," kata dia, di Jakarta, Selasa.
Prinsipnya, kata dia, yang memutuskan untuk kembali mencalonkan diri, kiprah di NU itu pengabdian, dan mengabdi bisa dengan menjadi atau tidak menjadi pengurus NU.
Ia juga mengajak setiap kandidat untuk menggunakan cara-cara yang santun dalam pencalonannya, termasuk menghindari politik uang.
Menurut dia, Muktamar ke-33 NU di Jombang, tempat di mana NU dilahirkan, harus menjadi introspeksi bersama untuk menjadikan muktamar yang damai tanpa ada gejolak sosial.
"Kita harus malu, harus takut kepada Mbah Hasyim Asy'ari, Mbah Wahab, dan Mbah Bisri, untuk memiliki semangat menjalankan muktamar damai. Jangan ada politik uang dan cara-cara kotor lainnya untuk mencapai tujuan sesaat," kata dia.
Selain dia, sejumlah nama yang masuk bursa kandidat ketua umum PBNU adalah Wakil Ketua Umum PB NU, As'ad Said Ali, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), dan mantan Ketua PW NU Jawa Tengah, Muhammad Adnan.
"Semuanya saya kenal. Hubungan saya dengan Pak As'ad baik, dengan Gus Sholah akrab, dan dengan Pak Adnan juga tidak ada masalah. Mari kita niatkan mengikuti muktamar ini untuk satu tujuan mengabdi ke NU, bukan ke yang lainnya," kata Siroj.
Muktamar Nahdlatul ke- 33 Ulama digelar pada 1-5 Agustus di Jombang, Jawa Timur. Empat pondok pesantren menjadi lokasi bersama forum permusyawaratan tertinggi di NU tersebut, yaitu Tambak Beras, Tebuireng, Denanyar, dan Peterongan.
"Siapa pun yang maju dalam pemilihan ketua umum, maka harus siap menang sekaligus siap kalah," kata dia, di Jakarta, Selasa.
Prinsipnya, kata dia, yang memutuskan untuk kembali mencalonkan diri, kiprah di NU itu pengabdian, dan mengabdi bisa dengan menjadi atau tidak menjadi pengurus NU.
Ia juga mengajak setiap kandidat untuk menggunakan cara-cara yang santun dalam pencalonannya, termasuk menghindari politik uang.
Menurut dia, Muktamar ke-33 NU di Jombang, tempat di mana NU dilahirkan, harus menjadi introspeksi bersama untuk menjadikan muktamar yang damai tanpa ada gejolak sosial.
"Kita harus malu, harus takut kepada Mbah Hasyim Asy'ari, Mbah Wahab, dan Mbah Bisri, untuk memiliki semangat menjalankan muktamar damai. Jangan ada politik uang dan cara-cara kotor lainnya untuk mencapai tujuan sesaat," kata dia.
Selain dia, sejumlah nama yang masuk bursa kandidat ketua umum PBNU adalah Wakil Ketua Umum PB NU, As'ad Said Ali, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), dan mantan Ketua PW NU Jawa Tengah, Muhammad Adnan.
"Semuanya saya kenal. Hubungan saya dengan Pak As'ad baik, dengan Gus Sholah akrab, dan dengan Pak Adnan juga tidak ada masalah. Mari kita niatkan mengikuti muktamar ini untuk satu tujuan mengabdi ke NU, bukan ke yang lainnya," kata Siroj.
Muktamar Nahdlatul ke- 33 Ulama digelar pada 1-5 Agustus di Jombang, Jawa Timur. Empat pondok pesantren menjadi lokasi bersama forum permusyawaratan tertinggi di NU tersebut, yaitu Tambak Beras, Tebuireng, Denanyar, dan Peterongan.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: