Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun lagi di perdagangan Asia pada Senin, terpukul oleh kemerosotan sektor manufaktur di China, negara konsumen energi terbesar di dunia.

Penguatan dolar dan tanda-tanda peningkatan produksi minyak juga menambah tekanan pada harga, yang telah tertekan oleh kelebihan pasokan minyak mentah global, kata para analis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 20 sen menjadi 47,94 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk pengiriman September berkurang delapan sen menjadi 54,54 dolar AS per barel di perdagangan sore.

"Penguatan dolar AS, data manufaktur lemah dari China dan kenaikan jumlah rig AS menambah kesengsaraan pasar minyak mentah yang lemah," kata Sanjeev Gupta, yang mengepalai praktek minyak dan gas Asia Pasifik di organisasi jasa profesional EY.

Sebuah survei independen pada Jumat (24/7) menunjukkan ukuran utama kegiatan manufaktur China jatuh ke tingkat terendah 15-bulan pada Juli, mencemaskan pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Indeks Pembelian Manajer (PMI) Caixin, yang melacak aktivitas di pabrik dan bengkel, dipandang sebagai barometer kunci dari kesehatan ekonomi negara itu.

Dalam sebuah tanda pengebor meningkatkan produksi, produsen AS menambah 21 rig minyak pada pekan lalu, menurut perusahaan jasa minyak Baker Hughes.

Juga menambah tekanan turun pada harga minyak adalah ekspektasi Federal Reserve AS akan mulai menaikkan suku bunganya sebelum akhir tahun ini, memperkuat greenback dan membuat minyak, yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lemah.