Kano, Nigeria (ANTARA News) - Seorang perempuan "cacat mental" meledakkan dirinya sendiri hingga menewaskan 14 orang dan melukai 47 lainnya di sebuah pasar padat pengunjung di kota Damaturu, Nigeria timurlaut, pada Minggu, kata saksi mata dan petugas rumat sakit.

"Hari ini adalah hari pasar buka dan pada pukul 09.50 (waktu setempat) pagi ini, seorang pengebom bunuh diri perempuan meledakkan dirinya sendiri di... pintu masuk pasar tempat para pengunjung berdatangan," kata pedagang pasar, Garba Abdullahi, kepada AFP.

"Kami telah mengevakuasi 15 jenazah ke rumah sakit, termasuk mayat si pengebom bunuh diri, yang diketahui merupakan seorang perempuan dengan mental tidak stabil dan sudah dikenal selama bertahun-tahun di wilayah ini," katanya.

Ia menambahkan bahwa sang pengebom berusia sekitar 40 tahun.

Jumlah korban tewas dibenarkan oleh seorang perawat di sebuah rumah sakit daerah.

"Kami telah menerima 15 jenazah dan 40 orang luka-luka dari lokasi terjadinya ledakan di pasar. Delapan dari korban meninggal itu adalah perempuan. Salah satunya, berdasarkan semua petunjuk, merupakan si pelaku pengeboman bunuh diri," tambah perawat dari Rumah Sakit Khusus Sani Abacha, yang minta jati dirinya dirahasiakan.

"Sebagian besar korban luka-luka mengalami luka serius," tambahnya.

Damaturu menjadi lokasi tiga pengeboman pada 18 Juli, yaitu ketika tiga perempuan meledakkan diri hingga menewaskan setidaknya 13 orang di saat para warga sedang mempersiapkan Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan Ramadhan.

Kota kita merupakan ibu kota negara bagian Yobe, yang bersama dengan negara-negara bagian lainnya di timur laut --Borno dan Adamawa, terkena serangan berdarah paling buruk oleh Boko Haram dalam upaya kelompok itu mendirikan kekhalifahan Islam garis keras. Serangan-serangan tersebut sejak 2009 telah menewaskan 15.000 orang dan membuat 1,5 juta lainnya kehilangan tanpa tinggal.

Gelombang baru kekerasan telah menghilangkan 800 nyawa orang sejak Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mulai menjalankan kekuasaan pada Mei.

Buhari telah menetapkan upaya menangani para pemberontak sebagai prioritas. Kelompok pemberontak itu memiliki kaitan dengan organisasi Negara Islam, yang telah menguasai banyak wilayah di Irak dan Suriah.

(Uu.T008)