Washington (ANTARA News) - Turki telah setuju untuk mengizinkan pesawat berawak dan tanpa awak AS untuk melancarkan serangan udara terhadap kelompok IS dari pangkalan udara di wilayah Turki, kata laporan media AS pada Jumat (24/7).

Kesepakatan tersebut, yang akan mengizinkan pesawat tempur AS terlibat dalam operasi anti-IS dari pangkalan Turki di Incirlik dan Diyarbakir, dicapai pada Rabu larut malam (22/7).

Sebelumnya Presiden AS Barack Obama mengadakan percakapan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kata The New York Times, yang mengutip beberapa pejabat AS.

Kesepakatan baru tersebut akan memudahkan pemboman AS terhadap sasaran IS, sebab kedua pangkalan itu berada jauh lebih dekat dengan perbatasan Suriah dibandingkan dengan Irak, Kuwait, dan Jordania --tempat serangan udara terhadap IS saat ini dilancarkan, kata Xinhua.

Satu pernyataan dari Gedung Putih pada Rabu, setelah percakapan telepon itu, hanya mengatakan kedua pemimpin tersebut membahas kerja sama yang mendalam dalam perang melawan IS. Ditambahkannya, kedua pemimpin itu juga membahas upaya "untuk mewujudkan keamanan dan kestabilan di Irak dan penyelesaian politik bagi konflik di Suriah".

Namun, pernyataan tersebut tidak menyebut-nyebut tentang kesepakatan mengenai penggunaan pangkalan udara di Turki.

Laporan The New York Times juga mengatakan Amerika Serikat takkan secara terbuka membicaraan kesepakatan itu sampai Pemerintah Turki "mengakuinya secara terbuka".

Para pejabat AS, yang menggambarkan kesepakatan kesepakatan tersebut sebagai "pengubah permainan", dilaporkan mengatakan serangan IS baru-baru ini telah memainkan peran penting dalam keputusan Turki untuk memainkan peran yang lebih langsung dan agresif dalam memerangi kelompok garis keras tersebut.
(Uu.C003)