Roma (ANTARA News) - Hujan telah membantu panen gandum Suriah pada 2015 tapi kerawanan pangan di negara itu memburuk secara keseluruhan karena perang, kata dua badan PBB, Kamis.

Produksi pangan "tetap jauh di bawah tingkat sebelum krisis saat konflik yang sedang berlangsung terus mendorong lebih banyak orang ke jurang kelaparan dan kemiskinan," kata Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP) dalam sebuah laporan.

Sekitar 9,8 juta orang di Suriah diperkirakan "tidak aman pangan" dengan 6,8 juta orang diantaranya berada dalam kondisi "sangat rawan pangan," katanya.

"Rawan pangan sangat parah" berarti berada di tingkat kebutuhan yang memerlukan bantuan pangan dari luar.

Sejak Januari tahun ini saja, lebih dari setengah juta orang telah mengungsi, yang telah sangat mengganggu aktivitas pertanian dan perdagangan pangan.

"Dukungan donor mendesak diperlukan untuk memastikan petani dapat memenuhi musim tanam sereal mendatang, yang dimulai pada Oktober," kata Dominique Burgeon, Direktur Darurat dan Divisi Rehabilitasi FAO.

Produksi gandum pada 2015, diperkirakan sebesar 2,445 juta ton, diharapkan lebih baik dari panen yang sangat buruk pada tahun 2014 dan sedikit lebih baik dari 2013.

Tapi itu masih 40 persen lebih rendah dari tingkat produksi pra-konflik.

Suriah terancam defisit gandum sekitar 800 ribu ton dari kebutuhan tahunan sebesar hampir lima juta ton.

Produksi ternak, yang pernah menjadi penyumbang ekspor, telah mengalami penurunan 30 persen untuk sapi dan kambing, serta 50 persen untuk unggas, demikian AFP.

(Uu.G003)