"Tidak ada hal yang dipungkiri lagi bahwa 2015 akan menjadi tahun terpanas sepanjang rekor," kata ahli klimatologi di Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA), Jessica Blunden, dikutip dari The Guardian, Rabu.
Menurut Blunden, suhu panas terjadi setiap bulan pada 2015 dan mencapai rekor pada bulan Juni.
NOAA menghitung, temperatur rata-rata dunia pada Juni tercatat 61,48 derajad Fahrenheit (16,33 derajad Celcius), memecahkan rekor lama yang ditetapkan tahun lalu dengan 0,22F (0,12 derajad Celcius).
Laporan dalam gambar bahkan lebih dramatis dalam statistik suhu selama enam bulan 2015.
Suhu rata-rata dalam enam bulan pertama 2015 adalah 57,83 derajad Fahrenheit (14,35 derajad Celcius), mengalahkan rekor lama yang ditetapkan pada tahun 2010 dengan seperenam derajad.
Rekor 2010 ditetapkan terakhir kali saat terjadi pola cuaca El Nino; pemanasan Samudera Pasifik tengah yang mengubah cuaca di seluruh dunia. Tapi pada 2010, El Nino mereda. Tahun ini, peramal memprediksi El Nino akan semakin kuat, tidak lemah.
"Jika itu terjadi, itu hanya akan meningkatkan grafik (panas)," kata Blunden.
Pada Juni terjadi panas hampir di seluruh dunia, dengan panas yang luar biasa di Spanyol, Austria, beberapa bagian dari Asia, Australia dan Amerika Selatan.
Mei dan Juni juga memecahkan rekor panas bulanan dalam kurun 136 tahun. "Awalnya NOAA memprediksi Februari 2015 hanya Februari terpanas kedua pada catatan, namun data baru datang yang menjadikan yang terpanas," kata Blunden.
"Seperti inilah pemanasan global antropogenik, lebih panas dan lebih panas," kata Jonathan Overpeck, co-direktur Institut Lingkungan di University of Arizona.