Palembang (ANTARA News) - Jumlah titik panas yang terdeteksi di wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada musim kemarau Juli berfluktuasi, namun menunjukkan tren peningkatan.

"Titik panas di provinsi ini perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan kebakaran hutan dan lahan, mengingat jumlahnya menunjukkan tren peningkatan walaupun kondisi sekarang ini masih turun naik," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumsel, Indra Purnama, di Palembang, Rabu.

Ia menjelaskan, berdasarkan pemantauan melalui satelit Terra dan Aqua, sejak awal Juli hingga terdeteksi 5-80 titik panas di Sumsel, seperti Kabupaten Empat Lawang, Musirawas, Musirawas Utara, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur, dan Kabupaten Musi Banyuasin.

Jumlah titik panas tersebut pada kondisi tertentu turun, namun beberapa hari kemudian meningkat mencapai puluhan titik panas.

Titik panas kemungkinan terus bertambah dan menyebar ke daerah lainnya, mengingat kondisi suhu udara yang cenderung panas di kisaran 32-35 derajat Celsius dengan intensitas curah hujan rendah, antara 101-200 milimeter

Melihat kondisi tersebut, masyarakat yang berada di daerah rawan titik panas, diimbau meningkatkan kewaspadaan serta pengawasan terhadap lahan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Yulizar Dinoto mengatakan, pihaknya menyiapkan beberapa langkah pencegahan kebakaran hutan dan lahan, yakni dengan membuat hujan buatan dan menyiagakan petugas yang siap diturunkan ke lokasi kebakaran.

Ia pun mengimbau masyarakat dan perusahaan perkebunan agar tidak melakukan pembakaran untuk membersihkan lahan dari rumput dan pepohonan.

Kepolisian juga telah menegaskan tentang pemberian sanksi hukum bagi masyarakat atau perusahaan yang terbukti melakukan pembukaan dan pembersihan lahan dengan cara membakar.