Polusi udara berpindah ke jalur mudik
16 Juli 2015 13:13 WIB
Dokumentasi asap polusi udara berada di kawasan Jakarta, Senin (30/3/15). Data penelitian yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di 14 kota metropolitan di tanah air menobatkan Jakarta Utara sebagai kota dengan tingkat polusi udara terburuk se-Indonesia yang disebabkan banyak aktivitas industri dan kenderaan berat di kawasan Tanjung Priok. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Jakarta (ANTARA News) - Tingkat polusi udara menurun karena jalan yang macet menjadi lengang akibat arus mudik, sebaliknya tingkat polusi udara di jalur mudik meningkat karena pertambahan jumlah kendaraan yang terjebak macet, kata seorang peneliti iklim.
"Polusi pindah ke arus mudik," kata peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan Universitas Indonesia Budi Haryanto saat dihubungi Antara News, Kamis.
Meski demikian, dia mengatakan kondisi udara yang tercemar dan dihirup oleh para pemudik tidak terlalu parah bila ada angin bertiup kencang di tempat tersebut.
Udara tercemar dapat terdistorsi bila tertiup angin dengan kecepatan lebih dari 5 knot alias 9,26 km/jam.
Apalagi bila arus mudik terjadi di tempat terbuka tanpa ada penghalang seperti gedung-gedung tinggi menjulang, misalnya jalan tol, tanah lapang, atau pantai.
"Gampang terencerkan, meski macet tetapi bila angin kencang, jadi gampang terdistorsi ke mana-mana dan konsentrasinya tidak berkumpul, sehingga yang disedot orang sudah encer," papar dia.
Budi menjelaskan menurut penelitian polusi udara dari emisi kendaraan disebabkan oleh kemacetan. Bila kendaraan berjalan dengan laju di bawah 25 km/jam, maka emisi yang dikeluarkan semakin besar dan menambah tingkat polusi udara. Sebaliknya, kadar emisi akan minim bila kendaraan dapat melaju pada kecepatan 25 - 100 km/jam.
Kepala Bidang Informasi Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mangasa Naibaho mengemukakan hal senada bahwa peningkatan gas buang akan meningkat di jalur transportasi arus mudik.
"Tapi di atmosfer itu akan terbawa angin ke mana-mana sehingga distribusinya akan merata di atmosfer," katanya.
key: kualitas udara, kualitas udara jakarta, kualitas udara mudik, polusi udara, polusi udara mudik
"Polusi pindah ke arus mudik," kata peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan Universitas Indonesia Budi Haryanto saat dihubungi Antara News, Kamis.
Meski demikian, dia mengatakan kondisi udara yang tercemar dan dihirup oleh para pemudik tidak terlalu parah bila ada angin bertiup kencang di tempat tersebut.
Udara tercemar dapat terdistorsi bila tertiup angin dengan kecepatan lebih dari 5 knot alias 9,26 km/jam.
Apalagi bila arus mudik terjadi di tempat terbuka tanpa ada penghalang seperti gedung-gedung tinggi menjulang, misalnya jalan tol, tanah lapang, atau pantai.
"Gampang terencerkan, meski macet tetapi bila angin kencang, jadi gampang terdistorsi ke mana-mana dan konsentrasinya tidak berkumpul, sehingga yang disedot orang sudah encer," papar dia.
Budi menjelaskan menurut penelitian polusi udara dari emisi kendaraan disebabkan oleh kemacetan. Bila kendaraan berjalan dengan laju di bawah 25 km/jam, maka emisi yang dikeluarkan semakin besar dan menambah tingkat polusi udara. Sebaliknya, kadar emisi akan minim bila kendaraan dapat melaju pada kecepatan 25 - 100 km/jam.
Kepala Bidang Informasi Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mangasa Naibaho mengemukakan hal senada bahwa peningkatan gas buang akan meningkat di jalur transportasi arus mudik.
"Tapi di atmosfer itu akan terbawa angin ke mana-mana sehingga distribusinya akan merata di atmosfer," katanya.
key: kualitas udara, kualitas udara jakarta, kualitas udara mudik, polusi udara, polusi udara mudik
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: