Indonesia sambut baik kesepakatan program nuklir Iran
15 Juli 2015 02:24 WIB
Menteri Luar Negeri AS John Kerry meninggalkan hotel menuju tempat pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Wina, Austria, Minggu (5/7/15). Kesepakatan nuklir Iran mungkin terjadi minggu ini jika Iran membuat "pilihan sulit", jika tidak, AS tetap akan meninggalkan negosiasi, menurut pernyataan Kerry. (REUTERS/Carlos Barria)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menyambut baik kesepakatan baru program nuklir Iran yang telah berhasil dicapai pada 14 Juli 2015 di Wina, Austria, antara Iran dan negara-negara anggota P5+1.
Dalam keterangan pers dari Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Rabu, disebutkan bahwa Iran dan negara-negara anggota P5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok, dan Jerman), telah berhasil mencapai kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) program nuklir Iran.
Dengan kesepakatan tersebut, Iran akan mengembangkan program nuklirnya yang semata-mata ditujukan bagi pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai, sebagai imbalan bagi pencabutan sanksi ekonomi dan finansial terhadap Iran.
Pemerintah Indonesia menilai baik kesepakatan yang merupakan capaian sejarah yang mengakhiri kebuntuan perundingan program nuklir Iran selama 12 tahun sejak dimulai pada tahun 2003.
Kesepakatan itu juga diharapkan dapat menegaskan kembali hak setiap negara dalam memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai sebagaimana dijamin oleh Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT).
Melalui kesepakatan baru program nuklir Iran itu, pemerintah Indonesia berharap dapat tercipta situasi yang kondusif untuk membantu mencari penyelesaian terhadap konflik dan krisis di Timur Tengah.
"Tercapainya kesepakatan tersebut sekali lagi merupakan bukti efektivitas pemecahan masalah melalui cara damai yang sejalan dengan posisi Indonesia selama ini, yang senantiasa mengedepankan jalur diplomasi dan dialog dalam penyelesaian masalah program nuklir Iran," kata pernyataan resmi dari Kemlu RI.
Selanjutnya, pemerintah Indonesia mengimbau pihak-pihak yang terkait dapat tetap melanjutkan pendekatan yang konstruktif dalam mengimplementasikan kesepakatan tersebut.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa kesepakatan nuklir yang dicapai dengan negara-negara kekuatan dunia akan membuka "cakrawala baru" saat "krisis yang tidak perlu itu" telah diselesaikan.
Dalam pesan di akun Twitter-nya, Rouhani mengatakan bahwa pembicaraan yang sukses itu telah menunjukkan "upaya konstruktif bersama".
"Jadi, sekarang bisa fokus pada tantangan bersama," katanya.
Ia juga menyinggung ekstremis Sunni dari kelompok Negara Islam, yang dari markas mereka di Irak dan Suriah melancarkan serangan terhadap kelompok Syiah dan Barat di seluruh dunia.
Kicauan Presiden Rouhani itu muncul tidak lama setelah Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengumumkan pada pembicaraan di Wina bahwa Iran dan negara-negara 5P+1 siap memulai babak baru harapan.
Sejak pemilihannya pada tahun 2013, Rouhani telah berupaya mengakhiri kebuntuan 13 tahun dengan pemerintah Barat atas program nuklir Iran yang kontroversial dan sanksi yang telah melumpuhkan perekonomian Iran.
Iran selalu membantah kecurigaan Barat yang menganggap negara itu telah berusaha mengembangkan program nuklir untuk membuat bom atom.
Dalam keterangan pers dari Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Rabu, disebutkan bahwa Iran dan negara-negara anggota P5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok, dan Jerman), telah berhasil mencapai kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) program nuklir Iran.
Dengan kesepakatan tersebut, Iran akan mengembangkan program nuklirnya yang semata-mata ditujukan bagi pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai, sebagai imbalan bagi pencabutan sanksi ekonomi dan finansial terhadap Iran.
Pemerintah Indonesia menilai baik kesepakatan yang merupakan capaian sejarah yang mengakhiri kebuntuan perundingan program nuklir Iran selama 12 tahun sejak dimulai pada tahun 2003.
Kesepakatan itu juga diharapkan dapat menegaskan kembali hak setiap negara dalam memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai sebagaimana dijamin oleh Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT).
Melalui kesepakatan baru program nuklir Iran itu, pemerintah Indonesia berharap dapat tercipta situasi yang kondusif untuk membantu mencari penyelesaian terhadap konflik dan krisis di Timur Tengah.
"Tercapainya kesepakatan tersebut sekali lagi merupakan bukti efektivitas pemecahan masalah melalui cara damai yang sejalan dengan posisi Indonesia selama ini, yang senantiasa mengedepankan jalur diplomasi dan dialog dalam penyelesaian masalah program nuklir Iran," kata pernyataan resmi dari Kemlu RI.
Selanjutnya, pemerintah Indonesia mengimbau pihak-pihak yang terkait dapat tetap melanjutkan pendekatan yang konstruktif dalam mengimplementasikan kesepakatan tersebut.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa kesepakatan nuklir yang dicapai dengan negara-negara kekuatan dunia akan membuka "cakrawala baru" saat "krisis yang tidak perlu itu" telah diselesaikan.
Dalam pesan di akun Twitter-nya, Rouhani mengatakan bahwa pembicaraan yang sukses itu telah menunjukkan "upaya konstruktif bersama".
"Jadi, sekarang bisa fokus pada tantangan bersama," katanya.
Ia juga menyinggung ekstremis Sunni dari kelompok Negara Islam, yang dari markas mereka di Irak dan Suriah melancarkan serangan terhadap kelompok Syiah dan Barat di seluruh dunia.
Kicauan Presiden Rouhani itu muncul tidak lama setelah Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengumumkan pada pembicaraan di Wina bahwa Iran dan negara-negara 5P+1 siap memulai babak baru harapan.
Sejak pemilihannya pada tahun 2013, Rouhani telah berupaya mengakhiri kebuntuan 13 tahun dengan pemerintah Barat atas program nuklir Iran yang kontroversial dan sanksi yang telah melumpuhkan perekonomian Iran.
Iran selalu membantah kecurigaan Barat yang menganggap negara itu telah berusaha mengembangkan program nuklir untuk membuat bom atom.
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: