Yangon (ANTARA News) - Angkatan Laut Myanmar telah menemukan lebih dari seratus imigran yang terdampar selama berpekan-pekan di sebuah pulau selatan, kata media pemerintah, Selasa, di tengah-tengah krisis manusia perahu awal tahun ini.

Sekelompok imigran yang terdiri atas 102 orang dijemput oleh angkatan laut Myanmar di lepas pantai paling selatan negara itu, wilayah Tanintharyi, menurut laporan Global New Light Myanmar, seperti dikutip AFP.

"Beberapa orang mengatakan mereka secara paksa dibawa dari negara mereka, sementara yang lain dilaporkan telah terpikat bujukan pedagang manusia untuk bekerja di Malaysia," kata laporan tersebut, yang mengatakan semua yang ditemukan berasal dari Bangladesh.

Dikatakan mereka telah ditinggalkan di pulau itu pada awal Juni dan ditemukan antara akhir Juni dan 12 Juli.

Laporan itu tidak menyebutkan penjelasan tentang di mana mereka saat ini ditahan.

Ribuan imigran, kebanyakan dari mereka adalah Muslim Rohingya dari Myanmar atau imigran dari Bangladesh, terdampar di perairan Asia Tenggara pada Mei menyusul tindakan keras Thailand pada penyelundupan manusia yang menyebabkan bos kelompok penyelundup manusia meninggalkan korban mereka di darat dan di laut.

Krisis itu menyoroti industri jutaan dolar yang memanfaatkan keputusasaan dari puluhan ribu orang yang mencoba melarikan diri dari kemiskinan di Bangladesh dan penganiayaan di Myanmar.

Selama krisis itu, kapal angkatan laut Myanmar menemukan kapal yang rusak di Teluk Benggala yang penuh dengan hampir 1.000 imigran yang telah ditinggalkan oleh bos kelompok mereka.

Myanmar bersikeras bahwa sebagian besar dari mereka adalah pendatang Bangladesh, bukan Rohingya, dan mereka dibawa ke kamp-kamp di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga di barat.

Tidak satu bangsa pun awalnya menunjukkan kesediaan untuk menerima mereka dan kelompok hak asasi khawatir jika beberapa dari mereka bisa dibawa ke sisi yang salah dari perbatasan.

Bangladesh sejak saat itu telah mengambil setidaknya 150 imigran yang kebangsaannya bisa dikonfirmasi, tapi sisanya tetap di kamp-kamp perbatasan, dan masa depan mereka tidak jelas.
(Uu.G003)