Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore menguat 42 poin menjadi Rp13.272 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.314 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin mengatakan bahwa dolar AS mengalami pelemahan terhadap berbagai mata uang utama dunia seiring dengan adanya harapan kesepakatan pemberian dana talangan kepada Yunani. Adanya kesepakatan itu membuat daya pikat mata uang berisiko kembali dilirik.

"Rupiah kembali menguat seiring dengan meningkatnya optimisme terhadap nasib Yunani," katanya.

Selain faktor eksternal, ia menambahkan bahwa pelaku pasar juga sedang mencermati beberapa data domestik salah satunya kebijakan Bank Indonesia mengenai tingkat suku bunga (BI rate) serta akan dirilisnya data neraca perdagangan Indonesia.

"Diperkirakan BI masih mempertahankan BI rate di level 7,5 persen, sementara neraca perdagangan diperkirakan masih surplus meski tipis," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa pergerakan rupiah masih dalam kisaran sempit dikarenakan bank sentral AS membuka peluang untuk menaikan suku bunga The Fed menyusul meredamnya krisis utang Yunani.

"The Fed sempat memberikan sinyal probabilitas kenaikan suku bunga The Fed, seperti pelambatan ekonomi Tiongkok atau dampak krisis Yunani, para investor mulai berspekulasi bahwa The Fed kini tinggal selangkah lagi untuk menaikkan suku bunga acuannya," katanya.

Ia menambahkan bahwa Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Janet Yellen juga mengharapkan kenaikan suku bunga acuan dinaikan menjelang akhir tahun ini, itu yang membantu dolar AS tidak tertekan terlalu dalam.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (13/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.309 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.304 per dolar AS.