Mentan: daging sapi seharusnya maksimal Rp90 ribu/kg
13 Juli 2015 16:58 WIB
ilustrasi - Pedagang membawa daging sapi untuk dipotong di salah satu pasar di Jakarta, Jumat (3/7/15). Menjelang Idul Fitri 1436 H harga daging sapi di sejumlah pasar naik dari Rp95.000 per kg menjadi Rp100.000 per kg dan diperkirakan akan terus meninggi hingga mencapai Rp120.000 per kg pada saat mendekati Lebaran. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan harga daging sapi di pasaran seharusnya maksimal Rp90 ribu per kilogram jika harga daging di tempat penggemukan ternak itu hanya berkisar Rp36 ribu hingga Rp38 ribu/kg.
Sebagaimana Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran melakukan inspeksi ke Pasar Majestik, Jakarta Selatan, pada Minggu (12/7), ia mengatakan seharusnya harga daging sapi di pasar tersebut tidak sampai Rp120 ribu/kg.
"Kemarin kami tanya langsung, difeedlot cattle (tempat penggemukan sapi) itu harganya berapa? Harganya Rp36 ribu sampai Rp38 ribu per kilogram. Artinya apa? Harga maksimal Rp90 ribu sampai di pasar," katanya usai acara Pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Kementerian Pertanian (Kementan) di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin.
Ia mengatakan masyarakat jangan langsung mengaitkan harga dengan ketersediaan stok. Ia mengatakan harga tinggi tersebut dikarenakan rantai distribusi yang panjang bukan masalah pasokan daging.
"Supply chain-nya (rantai distribusi) ini yang harus dipotong," tuturnya.
Ia mengatakan belajar dari masalah harga bawang merah di mana di pasar, bawang merah dijual senilai Rp36 ribu per kilogram padahal harga di produsen atau petani hanya Rp6 ribu per kilogram.
Meski, harga bawang merah dikatakan mahal namun tidak ada kegiatan impor yang berarti sebenarnya pasokannya ada, hanya saja yang menjadi masalah adalah rantai distribusinya.
Ia mengatakan sebagai salah satu solusi ke depan adalah dengan adanya toko tani murah sehingga peternak dapat menjual secara langsung daging sapi di pasar tanpa melalui pedagang eceran atau perantara lainnya.
Selain itu, untuk swasembada gaging sapi, ia mengatakan dapat ditempuh dengan inseminasi buatan. Pemerintah akan melakukan inseminasi buatan gratis 3,8 juta dosis.
Kemudian pihaknya juga akan mengembangkan daerah potensial untuk pengembangan sapi seperti Nusa Tengara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Sebagaimana Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran melakukan inspeksi ke Pasar Majestik, Jakarta Selatan, pada Minggu (12/7), ia mengatakan seharusnya harga daging sapi di pasar tersebut tidak sampai Rp120 ribu/kg.
"Kemarin kami tanya langsung, difeedlot cattle (tempat penggemukan sapi) itu harganya berapa? Harganya Rp36 ribu sampai Rp38 ribu per kilogram. Artinya apa? Harga maksimal Rp90 ribu sampai di pasar," katanya usai acara Pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Kementerian Pertanian (Kementan) di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin.
Ia mengatakan masyarakat jangan langsung mengaitkan harga dengan ketersediaan stok. Ia mengatakan harga tinggi tersebut dikarenakan rantai distribusi yang panjang bukan masalah pasokan daging.
"Supply chain-nya (rantai distribusi) ini yang harus dipotong," tuturnya.
Ia mengatakan belajar dari masalah harga bawang merah di mana di pasar, bawang merah dijual senilai Rp36 ribu per kilogram padahal harga di produsen atau petani hanya Rp6 ribu per kilogram.
Meski, harga bawang merah dikatakan mahal namun tidak ada kegiatan impor yang berarti sebenarnya pasokannya ada, hanya saja yang menjadi masalah adalah rantai distribusinya.
Ia mengatakan sebagai salah satu solusi ke depan adalah dengan adanya toko tani murah sehingga peternak dapat menjual secara langsung daging sapi di pasar tanpa melalui pedagang eceran atau perantara lainnya.
Selain itu, untuk swasembada gaging sapi, ia mengatakan dapat ditempuh dengan inseminasi buatan. Pemerintah akan melakukan inseminasi buatan gratis 3,8 juta dosis.
Kemudian pihaknya juga akan mengembangkan daerah potensial untuk pengembangan sapi seperti Nusa Tengara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: