IKNB diharapkan jadi sumber pembiayaan infrastruktur
8 Juli 2015 01:51 WIB
ilustrasi Penawaran Proyek Infrastruktur Suasana gedung bertingkat dan perkantoran di Jakarta, Jumat (20/12). Pemerintah menawarkan 27 proyek infrastruktur dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta (KPS) dengan nilai US$47,52 miliar atau sekitar Rp551,2 triliun terdiri dari 14 proyek prospektif dan 13 proyek potensial. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta (ANTARA News) - Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) melalui Indonesia Investment Club diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur karena dana yang terkumpul cukup besar, kata Ketua Indonesia Investment Club Mudjiharno Sudjono.
"IIC diharapkan berperan menunjang pasar modal domestik, pembiayaan infrastuktur sekaligus mitra investasi pemerintah serta mitra strategis dari investor internasional yang akan berinvestasi di Indonesia. Dengan berjalannya IIC diharapkan juga investor lokal kuat dan berperan dalam pembangunan nasional," ujar Mudjiharno dalam acara "Soft Launching Indonesia Investment Club" di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan dengan menyatukan dan menggalang dana dari anggota IIC yang terdiri diantaranya dana pensiun, perusahaan asuransi jiwa dan umum, perusahaan pembiayaan, pembiayaan griya, pembiayaan ekspor, penjaminan infrastuktur, Pegadaian, Taspen, Asabri dan perusahaan penjamin, dapat terkumpul dana yang dapat digunakan sebagai sumber pendanaan jangka panjang serta berdaya guna.
Ia menuturkan dalam RPJMN 2015-2019 kebutuhan pembangunan infrastuktur sebesar Rp5.519 triliun dan didanai APBN sebesar Rp2.216 triliun atau 40,1 persen dari total kebutuhan.
Dengan terbatasnya pendanaan pemerintah dalam membiayai pembangunan infrasturktur, ia mengatakan diperlukan peran swasta, termasuk lembaga keuangan untuk berparisipasi aktif mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Total aset IKNB sampai April 2015, ujar dia, sebesar Rp1.597 triliun. Dana besar dan bersifat jangka panjang itu juga potensial membantu pemerintah dalam pendalaman pasar obligasi negara dan pasar modal nasional, selain pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas IKNB Otoritas Jasa Keuangan Dumoly Pardede mengatakan pembentukan IIC merupakan kesepakatam bersama pelaku industri nonbank dan OJK untuk menghubungkan investor dan investee.
"IIC untuk menjembatani supply side investasi dan demand side investasi. Tujuan utama membangun komunikasi yang baik, berbagi pengalaman dan persepsi yang baik," kata dia.
Ia menuturkan IIC harus berperan di pasar modal, pembangunan infrastruktur, obligasi negara dan hal-hal yang berkaitan dengan sekuritas keuangan Indonesia.
Selain itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga mengapresiasi diresmikannya IIC untuk membantu pembangunan nasional Indonesia.
"Atas nama pemerintah kami mendukung penuh dan sangat mengapresiasi ide berdirinya Indonesia Investement Club ini. Ini menarik karena ini basic-nya bukan ke perbankan, tapi lebih ke industri keuangan nonbank. Kami mendukung untuk membantu pembangunan nasional Indonesia," kata Menkeu.
Ia mengatakan G20 juga memiliki inisiatif mengenai investasi pembiayaan jangka panjang sehingga industri asuransi dan dana pensiun ke depan akan sangat berkontribusi.
"IIC diharapkan berperan menunjang pasar modal domestik, pembiayaan infrastuktur sekaligus mitra investasi pemerintah serta mitra strategis dari investor internasional yang akan berinvestasi di Indonesia. Dengan berjalannya IIC diharapkan juga investor lokal kuat dan berperan dalam pembangunan nasional," ujar Mudjiharno dalam acara "Soft Launching Indonesia Investment Club" di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan dengan menyatukan dan menggalang dana dari anggota IIC yang terdiri diantaranya dana pensiun, perusahaan asuransi jiwa dan umum, perusahaan pembiayaan, pembiayaan griya, pembiayaan ekspor, penjaminan infrastuktur, Pegadaian, Taspen, Asabri dan perusahaan penjamin, dapat terkumpul dana yang dapat digunakan sebagai sumber pendanaan jangka panjang serta berdaya guna.
Ia menuturkan dalam RPJMN 2015-2019 kebutuhan pembangunan infrastuktur sebesar Rp5.519 triliun dan didanai APBN sebesar Rp2.216 triliun atau 40,1 persen dari total kebutuhan.
Dengan terbatasnya pendanaan pemerintah dalam membiayai pembangunan infrasturktur, ia mengatakan diperlukan peran swasta, termasuk lembaga keuangan untuk berparisipasi aktif mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Total aset IKNB sampai April 2015, ujar dia, sebesar Rp1.597 triliun. Dana besar dan bersifat jangka panjang itu juga potensial membantu pemerintah dalam pendalaman pasar obligasi negara dan pasar modal nasional, selain pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas IKNB Otoritas Jasa Keuangan Dumoly Pardede mengatakan pembentukan IIC merupakan kesepakatam bersama pelaku industri nonbank dan OJK untuk menghubungkan investor dan investee.
"IIC untuk menjembatani supply side investasi dan demand side investasi. Tujuan utama membangun komunikasi yang baik, berbagi pengalaman dan persepsi yang baik," kata dia.
Ia menuturkan IIC harus berperan di pasar modal, pembangunan infrastruktur, obligasi negara dan hal-hal yang berkaitan dengan sekuritas keuangan Indonesia.
Selain itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga mengapresiasi diresmikannya IIC untuk membantu pembangunan nasional Indonesia.
"Atas nama pemerintah kami mendukung penuh dan sangat mengapresiasi ide berdirinya Indonesia Investement Club ini. Ini menarik karena ini basic-nya bukan ke perbankan, tapi lebih ke industri keuangan nonbank. Kami mendukung untuk membantu pembangunan nasional Indonesia," kata Menkeu.
Ia mengatakan G20 juga memiliki inisiatif mengenai investasi pembiayaan jangka panjang sehingga industri asuransi dan dana pensiun ke depan akan sangat berkontribusi.
Pewarta: Dyah Dwi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: