Dirut BEI khawatir dampak psikologis efek Yunani
7 Juli 2015 15:57 WIB
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker memberikan pernyataan dengan latar belakang bendera Yunani di ruang media kantor pusat Komisi Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin (29/6/15). Warga terbangun dengan bank ditutup, mesin atm tak berfungsi dan serangkaian kabar angin dan teori konspirasi setelah gagalnya kesepakatan antara Athena dan kreditur menyebabkan Yunani terpuruk dalam krisis ekonomi. (REUTERS/Yves Herman)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengkhawatirkan dampak negatif bagi psikologis investor menyusul efek Yunani yang mengalami gagal bayar surat utang.
"Kondisi pasar modal yang cenderung bergejolak saat ini ditengarai oleh Yunani. Sejauh ini, bursa saham Tiongkok sudah turun sekitar 30 persen, bagi saya dampak Tiongkok itu yang lebih menakutkan," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian, ia meyakini bahwa dampak negatif efek Yunani itu hanya bersifat jangka pendek bagi investor di dalam negeri, hal itu dikarenakan kinerja perusahaan tercatat atau emiten masih relatif positif meski perekonomian sedang melambat.
"Perusahaan di Indonesia masih berkembang dengan bagus, banyak perusahaan yang masih yakin dapat mencapai target. Saya percaya, selama fundamental perusahaan masih bagus maka dampak Yunani akan jangka pendek," ucapnya.
Untuk menjaga fundamental perusahaan positif, Tito Sulistio mengharapkan agar pemerintah tetap terus melakukan penyerapan pembiayaan dalam rangka mengembangkan infrastruktur dan menjaga kredit perbankan sehingga roda ekonomi terus bergerak.
"Perbaikan infrastruktur di dalam negeri akan menimbulkan efek positif bagi psikologis investor untuk tetap berinvestasi di Indonesia meski dibayangi oleh sentimen dari efek Yunani dan rencana the Fed menaikan suku bunganya," katanya.
Tito Sulistio juga mengharapkan bahwa pemerintah dapat menbantu menjaga industri pasar modal salah satunya dengan mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan pelepasan sebagian sahamnya ke publik melalui mekanisme penawaran umum perdana saham (IPO).
"Dengan begitu pasar modal akan menjadi lebih kuat sehingga investor tertarik untuk berinvestasi ke pasar modal. Situasi itu tentu juga akan meningkatkan permintaan rupiah," katanya.
"Kondisi pasar modal yang cenderung bergejolak saat ini ditengarai oleh Yunani. Sejauh ini, bursa saham Tiongkok sudah turun sekitar 30 persen, bagi saya dampak Tiongkok itu yang lebih menakutkan," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian, ia meyakini bahwa dampak negatif efek Yunani itu hanya bersifat jangka pendek bagi investor di dalam negeri, hal itu dikarenakan kinerja perusahaan tercatat atau emiten masih relatif positif meski perekonomian sedang melambat.
"Perusahaan di Indonesia masih berkembang dengan bagus, banyak perusahaan yang masih yakin dapat mencapai target. Saya percaya, selama fundamental perusahaan masih bagus maka dampak Yunani akan jangka pendek," ucapnya.
Untuk menjaga fundamental perusahaan positif, Tito Sulistio mengharapkan agar pemerintah tetap terus melakukan penyerapan pembiayaan dalam rangka mengembangkan infrastruktur dan menjaga kredit perbankan sehingga roda ekonomi terus bergerak.
"Perbaikan infrastruktur di dalam negeri akan menimbulkan efek positif bagi psikologis investor untuk tetap berinvestasi di Indonesia meski dibayangi oleh sentimen dari efek Yunani dan rencana the Fed menaikan suku bunganya," katanya.
Tito Sulistio juga mengharapkan bahwa pemerintah dapat menbantu menjaga industri pasar modal salah satunya dengan mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan pelepasan sebagian sahamnya ke publik melalui mekanisme penawaran umum perdana saham (IPO).
"Dengan begitu pasar modal akan menjadi lebih kuat sehingga investor tertarik untuk berinvestasi ke pasar modal. Situasi itu tentu juga akan meningkatkan permintaan rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: