Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah, turun 32 poin menjadi Rp13.351 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir pekan lalu.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan nilai tukar rupiah melemah bersama dengan mayoritas mata uang di Asia setelah hasil awal referendum Yunani menunjukkan keinginan warga negara itu untuk menolak proposal para pemberi kredit.

"Tekanan eksternal itu mendorong rupiah terkoreksi. Walaupun efek penularan ke pasar keuangan Indonesia diperkirakan terbatas, namun kepanikan di pasar global akan tetap memicu aksi jual di pasar keuangan Indonesia dalam jangka pendek," katanya.

Ia mengatakan penolakan Yunani pada proposal para pemberi kredit akan meningkatkan potensi krisis likuiditas dan keluarnya Yunani dari zona Euro.

"Saat ini, keputusan bank sentral Eropa ditunggu pasar, apakah akan tetap mempertahankan bantuan likuiditas darurat untuk perbankan Yunani. Tanpa adanya bantuan likuiditas darurat dari ECB, sistem perbankan Yunani dipastikan hancur," katanya.

Dia berharap sentimen dari optismisme terhadap peningkatan belanja infrastruktur di dalam negeri bisa menahan sentimen negatif eksternal dan mencegah rupiah tertekan lebih dalam.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan Yunani akan menjadi salah satu penggerak pasar keuangan global pekan ini.

Pasar, dia melanjutkan, akan merespons komentar pejabat Eropa yang menggambarkan kelangsungan Yunani ke depan.

"Ketidakpastian merebak di pasar keuangan dan para pelaku pasar menunggu respons dari pemerintah Yunani dan para kreditur menanggapi hasil referendum tersebut. Kondisi itu berpengaruh negatif pada pasar keuangan di negara berisiko, salah satunya Indonesia," katanya.