Jakarta (ANTARA News) - Catatan gigi (dental records) menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan identifikasi jenazah korban bencana alam atau kecelakaan pesawat terbang dan moda transportasi lainnya.

Menurut Interpol New DVI Guide yang dilansir pada Sabtu, menyebutkan, gigi memiliki daya tahan paling lama setelah kematian manusia dibandingkan bagian tubuh lain yang bisa berubah atau rusak.

Misalnya dalam peristiwa tsunami pada 2004 silam. Kala itu, hampir semua korban meninggal dunia memiliki struktur gigi yang utuh. Ketersediaan dental records dapat meningkatkan peluang untuk mengidentifikasi mayat.

Data gigi dapat dimanfaatkan dan direkam saat pemeriksaan post mortem dan dibandingkan dengan data ante mortem yang dimiliki dokter gigi yang pernah merawat korban semasa hidupnya.

Namun, tidak semua dental records dapat digunakan secara efektif untuk proses identifikasi. Catatan dengan data akurat dan lengkap, menurut Interpol, tentu jauh lebih mungkin untuk dicocokkan dengan jenazah.

Dalam proses identifikasi korban jatuhnya pesawat C-130 Hercules di Medan, Sumatera Utara, sejumlah tenaga ahli di bidang gigi turut diterjunkan beserta tim ahli tes DNA dan sidik jari.

Begitu juga dalam identifikasi korban kecelakaan Pesawat AirAsia QZ 8501 beberapa waktu lalu. Salah satu jenazah kecelakaan asal Malang, Jawa Timur, dapat teridentifikasi oleh Tim Identifikasi Korban atau Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur setelah menggunakan metode pemeriksaan primer sampel gigi.

Jenazah berlabel B019 itu dapat dipastikan sebagai penumpang AirAsia bernama Cindy Clarissa Soetjipto, perempuan berusia 15 tahun.

Tim dokter gigi dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) yang dilibatkan dalam identifikasi jenazah mampu mengenali jenazah Cindy yang telah rusak dengan metode pemeriksaan primer menggunakan sampel gigi.