Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berpendapat proyeksi pertumbuhan ekonomi di angka 5,2 persen pada akhir tahun 2015 paling realistis dengan dinamika perekonomian global saat ini.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi ini berdasarkan kondisi terakhir dan kami cari yang paling realistis," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis sore.

Menkeu mengatakan salah satu alasan pertumbuhan ekonomi kembali mengalami penurunan revisi adalah sektor investasi yang belum memenuhi ekspektasi karena faktor global yang masih belum menentu.

"Investasi diperkirakan masih oke, tapi kalau melihat dunia yang penuh ketidakpastian, mungkin laju investasi tidak sebaik yang kita harapkan," ungkapnya.

Selain itu, alasan lainnya adalah kontribusi belanja pemerintah yang tidak sesuai harapan karena penyerapan belanja modal pada akhir tahun diperkirakan hanya mencapai 90 persen seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Belanja modal paling tinggi 87 persen-90 persen, jadi tidak mungkin 100 persen dan mendorong pertumbuhan lebih tinggi. Padahal belanja pemerintah yang bisa diandalkan untuk menjaga pertumbuhan adalah belanja modal," ujarnya.

Menkeu mengatakan pemerintah juga tidak bisa mengandalkan kinerja sektor ekspor yang masih mengalami kelesuan, akibat berkurangnya permintaan dan pelemahan harga komoditas di tingkat global.

"Ekspor basically hopeless, tapi kita upayakan agar jangan sampai negatif. Saat ini, harga komoditas sudah demikian rendah dan susah naik, akibat harga minyak dunia yang rendah seperti sekarang," jelasnya.

Pemerintah memproyeksikan pada semester I-2015 pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4,9 persen dan semester II-2015 bisa mencapai 5,5 persen, sehingga outlook pada akhir tahun mencapai 5,2 persen.

Sebelumnya, pemerintah telah merevisi turun pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen, dari asumsi yang tercantum pada APBN-P 2015 sebesar 5,7 persen, setelah pada triwulan I perekonomian nasional hanya tercatat tumbuh 4,7 persen.