Denpasar (ANTARA News) - Jumlah temuan uang palsu oleh Bank Indonesia Denpasar, baik atas laporan pengusaha bank yang ada di daerah ini maupun dari masyarakat, dalam triwulan ketiga 2006 tercatat 711 lembar atau naik 52,9 persen. "Hasil temuan tersebut bertambah 52,9 persen, jika dibandingkan dari triwulan sebelumnya yang hanya 465 lembar," demikian pernyataan Bank Indonesia (BI) Denpasar, Senin. Uang kertas yang paling banyak dipalsukan pada triwulan itu adalah pecahan Rp100.000 sebanyak 390 lembar (54,8 persen) atau dengan nilai nominal Rp39 juta dan sebanyak 316 pecahan Rp50.000 (44,4 persen) atau Rp15.750.000. Uang palsu yang ditemukan triwulan ini tercatat terbanyak dalam tiga tahun terakhir ini, sebab triwulan sama 2004 hanya 126 lembar, kemudian naik menjadi 375 lembar tahun berikutnya dan sekarang mencapai 711 lembar. Peningkatan temuan upal di BI Denpasar, merupakan indikator keberhasilan sosialisasi yang dilakukan, karena masyarakat semakin memahami dan dapat membedakan dengan jelas uang rupiah yang asli dengan yang palsu. Disamping itu masyarakat memiliki kesadaran tinggi untuk melaporkan kepada BI jika menemukan upal, dilain pihak BI berupaya menekan jumlah peredaran upal di masyarakat melalui berbagai kegiatan sosialisasi. Bank Indonesia dalam mensosialisasikan melalui cara mudah mengenali ciri-ciri upal atau yang resmi melalui selebaran dan gambar yang mudah dikenali masyarakat sehingga dengan cepat diketahui jika ada uang palsu. Masyarakat Bali, terutama para pedagang masih mengkhawatirkan adanya uang pecahan seratus ribu rupih yang dipalsukan beredar di daerah ini dan petugas kasir sulit mengetahui uang kertas itu palsu atau tidak. "Karena lihainya para pemalsu uang kertas tersebut banyak yang lolos walaupun sudah dimonitor dengan sinar ultra violet," kata Ni Made Sudarmi seorang petugas kasir waralaba di jantung kota Denpasar. Ia terpaksa menolak pembayaran seorang konsumen yang menyedorkan uang kertas seratus ribu rupiah karena tidak bisa melihat tulisan yang ada di dalamnya sebagai alat sah tidaknya uang kertas tersebut. "Secara kasat mata sulit membedakan uang kertas asli atau palsu, bahkan ada uang kertas seratus ribu rupiah, di satu sisi asli tetapi dibaliknya ternyata palsu, dan saya pernah menerima uang seperti itu," keluh Sudarmi. (*)