Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 32 poin menjadi Rp13.323 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.355 per dolar AS.
"Faktor teknikal mendorong mata uang rupiah bergerak menguat. Namun, penguatan rupiah juga masih rentan untuk kembali terkoreksi menyusul maraknya sentimen negatif di pasar global," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa belum selesainya penyelesaian utang Yunani kepada kreditur internasional hingga berujung pada penutupan sejumlah bank untuk mencegah penarikan tabungan secara masal membuat mata uang euro tertekan cukup dalam.
"Situasi di Yunani itu dapat berdampak negatif ke pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. Kondisi itu tentu akan mendorong pernintaan dolar AS sebagai aset safe haven akan meningkat yang pada akhirnya menekan rupiah," katanya.
Menurut dia, Yunani diperkirakan mengalami gagal bayar pada pembayaran utang IMF sekitar 1,5 miliar euro (1,7 miliar dolar AS) yang jatuh tempo pada Selasa, 30 Juni, langkah pertama pada jalan yang dapat menyebabkan Athena keluar dari zona euro.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa walaupun secara fundamental pengaruh perekonomian Yunani minimal terhadap Indonesia, dampak jangka pendek dari penyesuaian portfolio global dipastikan masih akan menekan pasar keuangan domestik baik dalam mata uang rupiah, saham serta surat utang.
"Tingginya kepemilikan asing di pasar saham dan obligasi bisa mengancam stabilitas pasar keuangan domestik terutama jika Yunani benar-benar keluar dari zona Euro," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, angka inflasi yang sedianya akan diumumkan besok (Rabu, 1/7) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperkirakan naik dapat menjadi sentimen negatif bagi mata uang rupiah.
Rupiah menguat menjadi Rp13.323 per dolar
30 Juni 2015 10:45 WIB
Ilustrasi - Nilai tukar rupiah atas dolar AS. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: