Ponpes Nurul Fallah padukan pencak silat-tadarus
28 Juni 2015 20:36 WIB
ilustrasi Tadarus Hingga Sahur Sejumlah remaja bertadarus usai tarawih di Masjid Jamik Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Rabu (2/7) dinihari. Tadarus membaca Al-Quran hingga Qatam amat 30 juz dikumandangkan secara bergantingan dan berkesinambungan di seluruh masjid dan surau di Aceh hingga jelang sahur selama Ramadan itu untuk menambah amalan dan memohon ampunan dari Allah SWT. (ANTARA FOTO/Rahmad)
Magelang (ANTARA News) - Pondok Pesantren Nurul Fallah di Dusun Bentaro, Desa Gunung Pring, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memadukan latihan pencak silat dengan kegiatan tadarus Al Quran kepada para santri selama bulan Ramadhan.
Pembina pencak silat Ponpes Nurul Fallah dari Sanggar Pusaka Gilang Nuswantoro Puja Semedi (26), di Magelang, Minggu, mengatakan latihan silat dikemas secara berbeda dibanding hari biasa.
Selama Ramadhan, latihan silat digelar dua kali seminggu setiap Senin dan Kamis. Latihan juga tidak terlalu lama namun fokus dengan gerakan efektif.
Ia menuturkan latihan silat dipadu dengan kegiatan tadarus Al Quran, mulai pukul 16.00 WIB para santri latihan silat selama 40 menit kemudian dilanjutkan tadarus Ramadhan dan mengaji kitab kuning.
"Konsep kami adalah satu jurus satu jus. Kami menjadikan pencak silat sebagai sarana mempelajari tradisi yang lain," katanya.
Sanggar Pusaka merupakan komunitas yang melestarikan olah raga tradisional. Selain mengajarkan silat di sanggar, mereka menyebarkan silat di berbagai pondok pesantren.
Materi yang diajarkan meliputi dasar-dasar pukulan, pukulan lurus, tonjok, pukulan ayun, sudut, papas, tendangan lurus, tejeh dan teknik jatuhan. Meskipun banyak mengeluarkan aktivitas fisik, para santri ternyata tidak terlihat kelelahan sama sekali. Mereka tetap energik dan bisa menyelesaikan latihan hingga tuntas.
"Aktivitas fisik tidak mengganggu puasa asalkan latihannya tepat. Selama puasa kami sedikit mengurangi porsi latihan karena yang penting adalah efektifitas gerak. Kalau puasa banyak istirahat malah jadi malas," katanya.
Menurut dia gerakan fisik dan porsi latihan yang tepat justru memperlancar peredaran darah dan menyegarkan tubuh. Tujuan pencak silat adalah melestarikan seni tradisi budaya masyarakat Indonesia turun temurun.
"Pesantren adalah benteng terakhir menghadapi globalisasi. Anak jika tidak dididik ilmu agama bisa salah jalan," katanya.
Pembina pencak silat Ponpes Nurul Fallah dari Sanggar Pusaka Gilang Nuswantoro Puja Semedi (26), di Magelang, Minggu, mengatakan latihan silat dikemas secara berbeda dibanding hari biasa.
Selama Ramadhan, latihan silat digelar dua kali seminggu setiap Senin dan Kamis. Latihan juga tidak terlalu lama namun fokus dengan gerakan efektif.
Ia menuturkan latihan silat dipadu dengan kegiatan tadarus Al Quran, mulai pukul 16.00 WIB para santri latihan silat selama 40 menit kemudian dilanjutkan tadarus Ramadhan dan mengaji kitab kuning.
"Konsep kami adalah satu jurus satu jus. Kami menjadikan pencak silat sebagai sarana mempelajari tradisi yang lain," katanya.
Sanggar Pusaka merupakan komunitas yang melestarikan olah raga tradisional. Selain mengajarkan silat di sanggar, mereka menyebarkan silat di berbagai pondok pesantren.
Materi yang diajarkan meliputi dasar-dasar pukulan, pukulan lurus, tonjok, pukulan ayun, sudut, papas, tendangan lurus, tejeh dan teknik jatuhan. Meskipun banyak mengeluarkan aktivitas fisik, para santri ternyata tidak terlihat kelelahan sama sekali. Mereka tetap energik dan bisa menyelesaikan latihan hingga tuntas.
"Aktivitas fisik tidak mengganggu puasa asalkan latihannya tepat. Selama puasa kami sedikit mengurangi porsi latihan karena yang penting adalah efektifitas gerak. Kalau puasa banyak istirahat malah jadi malas," katanya.
Menurut dia gerakan fisik dan porsi latihan yang tepat justru memperlancar peredaran darah dan menyegarkan tubuh. Tujuan pencak silat adalah melestarikan seni tradisi budaya masyarakat Indonesia turun temurun.
"Pesantren adalah benteng terakhir menghadapi globalisasi. Anak jika tidak dididik ilmu agama bisa salah jalan," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: