"Indonesia tepat lindungi pengungsi Rohingya"
28 Juni 2015 18:39 WIB
ilustrasi Pembagian Sertifikat Pencari Suaka Petugas UNHCR membagikan sertifikat pencari suaka kepada Imigran Rohingya asal Myanmar di tempat penampungan sementara Desa Bayeun, Kecamatan Rantoe Seulamat, Aceh Timur, Aceh, Senin (22/6/15). Menurut data dari petugas UNHCR, Sebanyak 340 Sertifikat pencari suaka untuk sementara dibagikan kepada Imigran Rohingya Asal Myanmar yang menempati penampungan Aceh Timur. (ANTARA FOTO/Syifa) ()
Medan (ANTARA News) - Indonesia sebagai negara menjunjung tinggi hak asasi manusia dan sesama anggota ASEAN, maka sudah tepat memberikan perlindungan kepada pengungsi Rohingya.
"Indonesia juga dapat bekerja sama dengan UNHCR dan organisasi lainnya yang peduli terhadap kemanusian," kata Akademisi Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Suhaidi,SH, di Medan, Minggu.
Indonesia, menurut dia, juga harus dapat memberikan contoh pada negara-negara dunia lainnya dengan kepedulian terhadap kemanusian dan sosial bagi pengungsi Rohingya yang berada di negeri ini.
Kegiatan seperti ini, juga akan mengangkat citra Indonesia di mata dunia, dan negara-negara lain akan salut serta merasa bangga.
"Indonesia harus tetap mempertahankan kepedulian terhadap warga asing yang sedang menghadapi masalah di negaranya dan melarikan diri," ujar Suhaidi.
Dia menyebutkan, masuknya imigran gelap tersebut ke Indonesia, mengalami perjalanan yang cukup panjang dengan menyelusuri laut di perairan Samudera Indonesia.
Kemudian, pengungsi Rohingya itu tiba di Aceh dari Malaysia dengan menggunakan kapal kayu. Pengungsi dari Myanmar etnis Rohingya itu, mencapai ratusan orang, terdiri dari anak-anak, remaja, dan para orang tua.
Selain, pengungsi Rohingya itu berada di Aceh, dan mereka juga ada yang terdampar di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Namun, akhirnya mereka dibawa ke Kota Medan oleh petugas Imigrasi, dan ditempatkan di lokasi penampungan di Jalan Letjen Jamin Ginting Medan.
Selama berada di lokasi penampungan itu, para pengungsi tersebut rajin berpuasa dan melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan.
"Pemerintah Pusat, Pemprov Sumut dan intansi terkait lainnya tetap memberikan bantuan makanan kepada pengungsi Rohingya," kata mantan Pembantu I Dekan Fakultas Hukum USU itu.
"Indonesia juga dapat bekerja sama dengan UNHCR dan organisasi lainnya yang peduli terhadap kemanusian," kata Akademisi Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Suhaidi,SH, di Medan, Minggu.
Indonesia, menurut dia, juga harus dapat memberikan contoh pada negara-negara dunia lainnya dengan kepedulian terhadap kemanusian dan sosial bagi pengungsi Rohingya yang berada di negeri ini.
Kegiatan seperti ini, juga akan mengangkat citra Indonesia di mata dunia, dan negara-negara lain akan salut serta merasa bangga.
"Indonesia harus tetap mempertahankan kepedulian terhadap warga asing yang sedang menghadapi masalah di negaranya dan melarikan diri," ujar Suhaidi.
Dia menyebutkan, masuknya imigran gelap tersebut ke Indonesia, mengalami perjalanan yang cukup panjang dengan menyelusuri laut di perairan Samudera Indonesia.
Kemudian, pengungsi Rohingya itu tiba di Aceh dari Malaysia dengan menggunakan kapal kayu. Pengungsi dari Myanmar etnis Rohingya itu, mencapai ratusan orang, terdiri dari anak-anak, remaja, dan para orang tua.
Selain, pengungsi Rohingya itu berada di Aceh, dan mereka juga ada yang terdampar di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Namun, akhirnya mereka dibawa ke Kota Medan oleh petugas Imigrasi, dan ditempatkan di lokasi penampungan di Jalan Letjen Jamin Ginting Medan.
Selama berada di lokasi penampungan itu, para pengungsi tersebut rajin berpuasa dan melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan.
"Pemerintah Pusat, Pemprov Sumut dan intansi terkait lainnya tetap memberikan bantuan makanan kepada pengungsi Rohingya," kata mantan Pembantu I Dekan Fakultas Hukum USU itu.
Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: