Aktivitas Bandara Sentani normal
27 Juni 2015 00:06 WIB
ilustrasi Seorang petugas bandara berdiri di dekat Pesawat dari maskapai Batik Air di bandara Sentani, Kamis (6/6). Maskapai Batik Air merupakan anak usaha grup Lion Grup kini melayani Papua dengan rute Jakarta-Jayapura. (ANTARA FOTO/Dian Kandipi)
Jayapura (ANTARA News) - Aktivitas penerbangan dari dan ke Bandara Sentani, Jayapura, kini berlangsung normal, tidak ada dampak dari aksi pemalangan.
Kapolsek KP3 Udara Bandara Sentani, Iptu Jubelina Wally kepada Antara, Jumat menegaskan, tidak ada dampak dari aksi pemalangan yang terjadi sejak Kamis (25/5) dan bukan Jumat.
Aksi pemalangan itu dilakukan warga jauh dari "runway" atau ujung landasan dan dilakukan agar arus lalu lintas masyarakat tidak lagi padat seperti sebelumnya.
"Pemalangan dilakukan cukup jauh dari runway, yakni didekat jembatan yang berada dipinggir danau," kata Jubelina Wally.
Dia menambahkan, hal itu dilakukan warga semata-mata demi keselamatan karena tidak tertutup kemungkinan ada warga yang jatuh ke danau.
Ditambahkan, selain itu aksi pemalangan yang dilakukan warga bukan menuntut ganti rugi.
"Pemalangan yang hingga kini masih dilakukan itu bukan karena masalah ganti rugi pembayaran tanah melainkan warga takut dengan makin banyaknya warga yang datang maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Jubelina Wally.
Kapolsek KP3 Udara Bandara Sentani, Iptu Jubelina Wally kepada Antara, Jumat menegaskan, tidak ada dampak dari aksi pemalangan yang terjadi sejak Kamis (25/5) dan bukan Jumat.
Aksi pemalangan itu dilakukan warga jauh dari "runway" atau ujung landasan dan dilakukan agar arus lalu lintas masyarakat tidak lagi padat seperti sebelumnya.
"Pemalangan dilakukan cukup jauh dari runway, yakni didekat jembatan yang berada dipinggir danau," kata Jubelina Wally.
Dia menambahkan, hal itu dilakukan warga semata-mata demi keselamatan karena tidak tertutup kemungkinan ada warga yang jatuh ke danau.
Ditambahkan, selain itu aksi pemalangan yang dilakukan warga bukan menuntut ganti rugi.
"Pemalangan yang hingga kini masih dilakukan itu bukan karena masalah ganti rugi pembayaran tanah melainkan warga takut dengan makin banyaknya warga yang datang maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Jubelina Wally.
Pewarta: Evarukdijati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: