Malinau, Kaltara (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malinau mengembangkan laboratorium dan sarana produksi pupuk organik hayati (POH) untuk menggenjot produksi sektor pertanian Malinau.

"Harapan laboratorium ini berkontribusi peningkatan kesejahteraan masyarakat Malinau. Dan yang terbaik Malinau harus gunakan mikroba lokal mengingat keanekaragaman hayati daerah ini luar biasa tinggi," kata Kepala LIPI Iskandar Zulkanain saat meresmikan laboratorium pupuk organik hayati di Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara), Selasa.

Upaya pengungkapan potensi mikroba bermanfaat untuk POH sebenarnya sudah dilakukan sejak 2008 setelah LIPI melakukan ekspedisi di Malinau.

Hingga akhirnya, ia mengatakan LIPI merekomendasikan pembangunan laboratorium POH ini di Malinau.

Pengembangan pupuk organik hayati ini bisa bermanfaat langsung bagi petani, usaha kecil menengah, hingga produsen pupuk besar.

Ia mengatakan perlu upaya memaksimalkan fungsi laboratorium dengan menempatkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga laboratorium ini dapat menjadi yang terdepan dalam menghasilkan produk-produk penelitian dan pengembangan yang bermanfaat menyejahterakan masyarakat secara nyata.

Menurut dia, memang menjadi kendala besar bagi Malinau jika harus selalu mendatangkan pupuk organik hayati dari Jawa.

Wakil Bupati Malinau Topan Amrullah mengatakan pengembangan laboratorium yang menghabiskan anggaran APBD hingga Rp2,8 miliar ini jelas sebagai bagian pemenuhan swasembada pangan di Malinau sekaligus menyumbang target ketahanan pangan nasional.

Sekretaris Utama LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengatakan LIPI membantu kemandirian pertanian tanpa harus tergantung dari pupuk kimia yang distribusinya sering kali sulit di daerah.

Dengan teknologi ini, Malinau dapat memanfaatkan potensi mikroba lokal untuk mengembalikan unsur hara tanah dengan menghasilkan POH sendiri.

"Dengan teknologi pendukung pertanian ini bahkan Malinau berpotensi mengekspor hasil-hasil pertaniannya ke Malaysia," ujar dia.

Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Sarjiya Antonius yang telah berhasil mengembangkan "POH Beyond Organic" (Beyonic) mengatakan laboratorium ini dilengkapi alat-alat laboratorium yang cukup modern seperti fermentor untuk produksi sel mikroba agen POH, alat-alat analisa biokimia POH, dan juga dapat memproduksi biang POH hingga 200 liter setara dengan 10.000 liter POH cair.

"Ini standar dasar laboratorium yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan agen atau menyeleksi POH, menguji laboratorium kandidat bakteri agen POH. Tapi bisa juga untuk membuat ramuan atau formula POH lain untuk rehabilitasi tanah tambang batubara, emas, atau membantu reboisasi," paparnya.

Sebagai wilayah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia, menurut dia, Malinau masih perlu menggali potensi sumber daya alam guna meningkatkan daya saing dengan negara tetangga.

Dengan sudah adanya laboratorium dan sarana produksi POH dengan teknologi Beyonic ini di Malinau maka, ia mengatakan potensi pertanian dapat semakin ditingkatkan tanpa merusak lingkungan.

Manfaat aplikasi POH ini sebenarnya telah dinikmati masyarakat Malinau bahkan masyarakat di Ngawi, Wonogiri, Kebumen, dan Kulon Progo.

Sebelumnya uji coba penggunaan pupuk organik hayati telah diterapkan oleh petani semangka dan mampu menaikkan produksi buah 10 hingga 15 persen, ujar dia.