Bujumbura (ANTARA News) - Setidaknya 70 orang tewas, 500 terluka dan lebih dari 1.000 orang dipenjara selama pekan-pekan kekerasan politik di Burundi, kata satu kelompok hak asasi manusia, Kamis malam.

Negara Afrika tengah bermasalah itu telah mengalami krisis sejak akhir April karena upaya kontroversial Presiden Pierre Nkurunziza untuk mencalonkan diri untuk periode ketiga secara berturut-turut, sebuah langkah yang dinilai oleh lawannya sebagai inkonstitusional dan pelanggaran kesepakatan damai 2006 yang mengakhiri 13 tahun perang saudara.

Pemilihan umum parlemen direncanakan diselenggarakan pada 29 Juni menjelang pemilihan umum presiden pada 15 Juli.

"Kami telah mengidentifikasi 70 orang tewas, sebagian besar akibat peluru tetapi juga granat ... mayoritas adalah warga sipil, serta polisi dan tentara," kata Pierre-Claver Mbonimpa, yang mengepalai kelompok hak asasi berpengaruh Burundi Aprodeh, seperti dikutip AFP.

"Sekitar 500 terluka oleh peluru, granat dan batu, termasuk lima puluh tetap dirawat di rumah sakit. "

Lebih dari 100.000 orang telah melarikan diri dari kekerasan itu ke negara-negara tetangga.

Sebuah sumber PBB mengatakan mereka telah menghitung setidaknya 50 orang tewas langsung selama protes, tapi jumlah korban tidak termasuk korban lainnya kekerasan, terutama mereka yang tewas atau terluka dalam serangkaian ledakan granat.

(Uu.G003)