Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat ibu kota Jakarta mengharapkan peran aktif pemerintah dan pihak terkait untuk tetap memantau jajanan khas yang beredar selama bulan puasa Ramadhan 1436 Hijriah.

"Masih khawatir tentang kualitas jajanan yang ada, karena masih banyak ditemukan makanan yang tidak layak konsumsi," kata salah satu karyawan BUMN, Anda ketika mencari makanan berbuka puasa di Jakarta, Kamis sore.

Ia menjelaskan menerapkan cara khusus dalam memilih jajanan Ramadhan atau tajil sebagai menu berbuka.

"Saya menghindari yang bersoda, selain itu tempat jual juga harus bersih, makanan dan minuman tidak dikerumuni serangga, baiknya ada sosialisasi dari pemerintah atau dinas terkait," kata Anda.

Kemudian, warna makanan dipilih yang tidak mencolok, apalagi menggunakan saus sembarangan.

Senada dengan Anda, Yuni juga mengaku butuh informasi resmi mengenai bahan tajil yang disajikan.

"Bahan olahannya minimal dicantumkan lah, dan harus ada imbauan dari dinas kesehatan atau BPOM," kata Yuni.

Ia mengaku kesulitan menilai kualitas makanan dari pandangan mata saja. "Jika dilihat ya baik fisiknya, cuma kan orang awam tidak tahu karena lapar," tuturnya.

Senada dengan Yuni, Nanda juga kurang percaya dengan jajanan yang tidak ada cap resmi dari BPOM.

"Kalau saya lebih memilih bikin sendiri atau beli bahan, karena jika tidak ada izin resmi sekarang bahaya, banyak makanan tidak sehat," kata Nanda.

Menurut pantauan Antara, penjual tajil sudah memenuhi sepanjang perempatan lalu lintas Tanah Abang, Jakarta, sekitar pukul 16.30 WIB.

Tidak terlalu dipadati penjual tajil pada hari pertama puasa di sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan hingga Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Jajanan lebih terpusat di area festival-festival kuliner yang diselenggarakan di tempat-tempat hiburan pinggir jalan.