Bank Dunia: Asia pimpin kemajuan energi terbarukan
18 Juni 2015 12:08 WIB
Petugas memeriksa saluran kabel kincir angin di Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid, Pantai Baru, Srandakan, Bantul, Yogyakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia menyatakan negara-negara di kawasan Asia termasuk yang membuat kontribusi penting guna memimpin dalam meraih sasaran energi terbarukan secara global, tetapi masih dibutuhkan langkah perbaikan lebih lanjut untuk efisiensi energi.
Siaran pers Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Kamis, laporan lembaga tersebut bertajuk Progress Toward Sustainable Energy: Global Tracking Framework 2015 menelusuri kemajuan dunia dalam mencapai sasaran antara lain energi berkelanjutan yang dapat terakses untuk semua orang.
Berdasarkan laporan tersebut, kinerja Asia dalam memperluas energi terbarukan (seperti dari tenaga solar, angin, dan geotermal) sangatlah kuat.
Secara global, konsumsi energi terbarukan modern adalah sekitar 4 persen per tahun pada periode 2010-2012, sementara Asia dapat mencapai sekitar 8 persen per tahun.
Selain itu, Asia juga bergerak cepat dalam memperluas akses listrik kepada populasinya dengan rata-rata kemajuan 0,9 persen per tahun, di atas rata-rata global 0,6 persen per tahun.
Namun, kemajuan Asia untuk mengurangi intensitas energi dalam perekonomiannya atau efisiensi energi hanya 1,3 persen per tahun, tertinggal dibandingkan rata-rata global sebesar 1,7 persen per tahun.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Indonesia mesti dapat meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan serta tidak lagi bergantung pada sumber energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi.
"Kita hanya sekitar 12 persen menggunakan sumber energi terbarukan," kata Jusuf Kalla saat membuka acara International Student Energy Summit (ISES) ke-4/2015 bertajuk "Connecting the Unconnected" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (10/6) malam.
Menurut Jusuf Kalla, tidak banyak negara yang memiliki banyak sumber energi terbarukan seperti Indonesia, sehingga diperkirakan itu sebabnya negara seperti Jepang yang minim sumber energi menggunakan pembangkit energi yang menggunakan tenaga nuklir.
Siaran pers Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Kamis, laporan lembaga tersebut bertajuk Progress Toward Sustainable Energy: Global Tracking Framework 2015 menelusuri kemajuan dunia dalam mencapai sasaran antara lain energi berkelanjutan yang dapat terakses untuk semua orang.
Berdasarkan laporan tersebut, kinerja Asia dalam memperluas energi terbarukan (seperti dari tenaga solar, angin, dan geotermal) sangatlah kuat.
Secara global, konsumsi energi terbarukan modern adalah sekitar 4 persen per tahun pada periode 2010-2012, sementara Asia dapat mencapai sekitar 8 persen per tahun.
Selain itu, Asia juga bergerak cepat dalam memperluas akses listrik kepada populasinya dengan rata-rata kemajuan 0,9 persen per tahun, di atas rata-rata global 0,6 persen per tahun.
Namun, kemajuan Asia untuk mengurangi intensitas energi dalam perekonomiannya atau efisiensi energi hanya 1,3 persen per tahun, tertinggal dibandingkan rata-rata global sebesar 1,7 persen per tahun.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Indonesia mesti dapat meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan serta tidak lagi bergantung pada sumber energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi.
"Kita hanya sekitar 12 persen menggunakan sumber energi terbarukan," kata Jusuf Kalla saat membuka acara International Student Energy Summit (ISES) ke-4/2015 bertajuk "Connecting the Unconnected" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (10/6) malam.
Menurut Jusuf Kalla, tidak banyak negara yang memiliki banyak sumber energi terbarukan seperti Indonesia, sehingga diperkirakan itu sebabnya negara seperti Jepang yang minim sumber energi menggunakan pembangkit energi yang menggunakan tenaga nuklir.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: