Jakarta (ANTARA News) - Mantan pelatih Persipur Purwodadi Gunawan mengatakan pihak Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia tidak menindaklanjuti laporannya tentang adanya pengaturan skor yang dilakukan oleh klub Divisi Utama.
"Pada saat itu saya sempet kontak exco (komite eksekutif) PSSI Djamal Azis, saya telepon bang tolong panggil manajemen Purwodadi yang namanya Mulyadi bahwa Persipur termasuk saya, juga pemain semua dalam pengaturan skor, ini tolong panggil beri sanksi," kata Gunawan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/6) malam.
Namun pelatih Persipur Purwodadi tersebut mengatakan pengaduannya kepada PSSI tidak mendapat respon dan tidak ditindaklanjuti untuk pemberian sanksi.
"(Jawabannya) oh iya nanti kita sampaikan, kita meeting-kan dengan pengurus-pengurus, sampe tiga kali tidak ada tanggapan. Sama saja pembiaran, gak dateng gak ada respon sama sekali. Ini kan jadi tanda tanya," kata Gunawan mengisahkan.
Gunawan mengaku hanya melaporkan pengaturan skor tersebut kepada Djamal Azis. Ia memilih Djamal untuk melakukan pengaduan karena memiliki kampung halaman yang sama. "Kenapa saya waktu itu telpon Djamal Azis karena dia orang Jawa Timur juga, sama-sama dari Surabaya. Mungkin dia bisa untuk menangani, ternyata dia nggak ada tanggapan apa-apa," kata dia.
Kendati demikian Gunawan tidak bisa menjawab apakah anggota atau pimpinan PSSI juga turut terlibat dalam pengaturan skor dalam kompetisi sepak bola nasional. Menurut sepengetahuan Gunawan bandar yang menawarkan uang untuk mengatur skor hanya berkomunikasi dengan manajemen klubnya.
"Kalau minta tanya bukti orang-orang PSSI terlibat, saya kira saya nggak bisa menjawab, karena memang nggak ada hubungannya pada saat itu. Saat itu bandar langsung menghubungi ke manajemen saya," kata Gunawan. Ia juga mengakui biasa menjalin komunikasi yang baik dengan pengurus PSSI
Gunawan mengakui bahwa klub Persipur Purwodadi yang ditukanginya pada 2013 melakukan praktik pengaturan skor.
Ia menjelaskan bahwa setiap melakukan pengaturan skor klub Persipur Purwodadi mendapatkan uang sebesar Rp400 juta per sekali pertandingan. Sedangkan untuk pemain, kata Gunawan, mendapatkan Rp10 juta hingga Rp15 juta setiap terlibat dalam pengaturan skor per pertandingan.
Gunawan menyebutkan bayaran tersebut dilakukan pada pertandingan klub Persipur Purwodadi yang berlaga di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia di tahun 2013. Lebih dari itu, bahkan klub-klub lain yang bermain di level kompetisi yang lebih tinggi dari Divisi Utama bisa mendapatkan uang lebih besar dari Rp400 juta.
"Oh iya jelas, (kalau ISL) lebih besar," kata dia. Namun Gunawan mengaku tidak tahu berapa nilai yang dibayarkan untuk pengaturan skor dalam klub ISL.
Pelatih yang menukangi Persipur Purwodadi sejak 2012 itu juga mengungkapkan bahwa hampir setengah dari klub yang berada di Divisi Utama terlibat praktik pengaturan skor.
Selain itu mantan pelatih Persegres Gresik dan Persidafon Jayapura Agus Yuwono juga mengakui adanya pengaturan skor di kompetisi sepak bola tanah air. "Selama saya menangani klub sepak bola pernah tiga kali mengalami penawaran pengaturan skor," kata Agus.
Ia pernah ditawari uang sebesar Rp150 juta hingga Rp200 juta untuk mengatur skor pertandingan yang akan dilakukan oleh klubnya. "Saya ditawarkan uang Rp150 juta, imbalannya meminta (kekalahan Persidafon) skor 3-0 atau 3-1. Saya tidak mau dan saya serahkan ke manajemen," kata Agus menceritakan pertandingan pada tahun 2012.
Agus mengatakan kembali ditawarkan tambahan uang sebesar Rp50 juta sebelum pertandingan dimulai, namum ia tetap menolaknya.
Pelatih: PSSI tidak tindaklanjuti laporan "match fixing"
18 Juni 2015 01:31 WIB
PSSI (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: