Seoul (ANTARA News) - Kementerian Kesehatan Korea Selatan (Korsel) melaporkan empat kasus Sindrom Penapasan Akut Timur Tengah (MERS) pada, Selasa sehingga total kasus mencapai 154 dan menjadi yang terbesar di luar Arab Saudi.
Kementerian juga menyebutkan bahwa ada tiga pasien terpapar MERS yang akhirnya meninggal dunia, sehingga total kematian akibat virus ini adalah 19 orang sejak kasus pertama tercatat pada awal Mei.
Sebelumnya, ribuan sekolah yang ditutup karena wabah tersebut, dibuka kembali, Senin, sementara negara tersebut berupaya kembali ke keadaan normal setelah wabah itu melanda hampir empat pekan dan mulai menurun.
Empat rumah sakit ditutup total atau sebagian dalam upaya menghentikan penyebaran wabah yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) disebut sebagai wabah yang "meluas dan kompleks".
Presiden Korsel Park Geun-hye yang peringkat dukungannya hancur akibat respon pemerintah terhadap MERS, mendesak negara untuk kembali ke kondisi normal.
"Saya minta masyarakat pengusaha juga, untuk melanjutkan investasi, kegiatan produksi dan manajemen seperti biasanya dan terutama membantu dengan meyakinkan konsumen untuk tidak ragu-ragu membelanjakan uangnya," kata Park dalam pertemuan dengan pembantu-pembantu seniornya seperti dikutip Reuters.
Park, yang pekan lalu menunda kunjungan ke Amerika Serikat, menyaksikan anjloknya dukungan publik hingga di bawah 35 persen pekan ini, menurut sebuah jajak pendapat Realmeter.
Pemerintahannya dikritik karena di awal terjadinya wabah menolak mengumumkan nama rumah sakit tempat dirawatnya pasien-pasien terduga dan terinfeksi virus, sehingga menimbulkan kepanikan dan kebingungan publik.
(Uu.E012)
Korsel laporkan 4 kasus MERS baru dan 3 kematian
16 Juni 2015 11:05 WIB
Seorang siswa yang menggunakan masker untuk mencegah penularan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), diperiksa suhunya di sebuah sekolah dasar di Seoul, Korea Selatan. (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: