Singapura (ANTARA News) - Anggota polisi wanita (polwan) Annisa Cintya Medina (CM) terhenti pada babak semifinal SEA Games 2015, sehingga harus puas hanya meraih medali perunggu cabang takwondodalam pertandingan di Hall 2 Singapura Expo, Minggu.

"CM telah berusaha maksimal. Ia satu-satunya semifinalis dari tim Indonesia hari ini, namun hasil pertandingan ini harus puas di peringkat ketiga," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Taekwondo Indonesia Marciano Noerman di Singapura, Minggu.

Perunggu yang diraih Annisa CM merupakan satu-satunya yang dihasilkan pada pertandingan hari ketiga sekaligus hari terakhir laga cabang olahraga beladiri tersebut.

Sebelumnya, Argya Virangga yang turun pada kelas -68Kg tumbang pada babak perempat final dikalahkan Samuel Thomas Horrison dari Filipina dengan skor 25-11.

Annisa CM yang mendapat bye dan langsung tembus ke semifinal pada kelas -57Kg harus mengakui keunggulan Pham Thi Thu Hien dengan skor 1-14.

Turun di sudut biru, polwan yang berdinas di Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) itu harus berjuang keras melepaskan diri dari tekanan lawannya yang memiliki jangkauan kaki lebih panjang.

Atlet yang baru setahun menyandang status sebagai anggota polwan tersebut beberapa kali melakukan upaya serangan balasan, namun selalu kandas oleh blok yang dilakukan lawannya.

"CM biasanya memiliki keunggulan dalam tendangan-tendangan atas ke kepala, namun pada laga kali ini ia tidak mendapat ruang," kata Manajer Tim Indonesia Rahmi Kurnia.

Selain itu, gerakannya terganggu karena lututnya cedera saat terjatuh pada ronde kedua.

Ia terjatuh dengan lutut terlebih dahulu menyentuh matras sehingga sempat tampil terpincang-pincang.

"Lututnya sempat bermasalah, meski ia bisa melanjutkan pertandingan," kata Rahmi.

Dengan tambahan satu perunggu pada hari terakhir cabang itu, Indonesia berada di peringkat ketiga klasemen akhir dengan dua medali emas, satu perak dan tiga perunggu.

Juara umum cabang taekwondo diraih oleh Vietnam dengan empat emas, satu perak.

"Secara umum misi kita di SEA Games 2015 berhasil dicapai, kami bisa meraih target dua medali emas, sesuai target Satlak Prima," kata Marciano.

Terkait kegagalan Tim Indonesia pada nomor poomsae menurut dia hanya faktor keberuntungan saja. "Dengan penilaian subyektif, sulit untuk bisa mengatasinya bila kondisi sudah di luar jangkauan kita," katanya.

Namun, ia optimistis nomor poomsae tetap menjadi harapan Indonesia karena memiliki atlet-atlet berperingkat atas di dunia, dan salah satunya Maulana Haidir.