Jakarta (ANTARA News) - Sekalipun belum lama berkecimpung di dunia pembuatan kostum tokusatsu atau film dengan efek spesial khas negeri sakura, namun Alam Hazmi Alkarami (20) paham kalau kekuatan hasil kostum yang bagus terletak pada pola.

"Kalau kita tidak mengerti membuat pola maka hasilnya tidak akan bagus. Kebanyakan maker yang gagal karena tidak mampu membuat pola yang bagus," ujar Alam kepada ANTARA News di Jakarta, Sabtu.

Alam yang saat ini menempuh pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan, dirinya baru merasa mahir membuat pola setelah empat tahun belajar.

"Saya saja untuk menemukan pola yang pas membutuhkan waktu empat tahun," kata dia.

Selain pola, menurut Alam, seorang pembuat kostum juga harus mampu menempel potongan-potongan bahan kostum dengan rapi.

"Harus tahu juga proporsi dan cara menempel yang rapi. Kalau mau bagus itu minimal rapi. Latihannya memang tidak mudah," tutur Alam.

Soal bahan, Alam mengatakan, ia kerap menggunakan craft foam dan kulit imitasi.

"Materialnya memakai busa hati atau disebut juga craft foam, biasanya untuk kerajinan. Hanya, untuk pengecatannya biasanya pakai pilok. Tetapi saya pakai kulit imitasi. Karena fleksibel dan warnanya rata. Jadi, hampir menyerupai aslinya lah," kata dia.

Untuk satu kostum dari tokusatsu, Alam mengaku dapat menghabiskan waktu sekitar tiga hari.

"Kalau mood lagi bagus, tiga hari kostum ini bisa selesai," ujar Alam.

Alam mengaku, dirinya bersama empat orang rekannya kini telah memulai usaha pembuatan kostum tokusatsu sejak 2013. Sejumlah kostum tokusatsu yang berhasil mereka buat di antaranya Kamen Rider Den-O, Kabuto dan Agito.

Tak tanggung-tanggung, pelanggan Alam pun hingga mancanegara. Sebut saja, Singapura dan Prancis.