Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak menguat tujuh poin menjadi Rp13.315 dibandingkan nilai sebelumnya Rp13.322 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Mata uang rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat. Namun, penguatan rupiah itu masih dibayangi oleh sentimen dari kenaikan suku bunga bank sentral AS (the Fed) menyusul perbaikan ekonomi AS yang berkelanjutan," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, tren mata uang rupiah masih melemah selama belum adanya kepastian penyelesaian utang Yunani dan kenaikan suku bunga the Fed.

Ia menyatakan, transaksi di pasar uang domestik juga cenderung minim menjelang akan dirilisnya data neraca perdagangan Indonesia periode Mei pada pekan depan, yang diharapkan mencatatkan surplus sehingga mempersempit defisit neraca keuangan nasional.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa kesepakatan pengucuran dana talangan Yunani yang masih belum jelas dapat memberikan momentum bagi dolar AS untuk kembali bergerak di pasar valas domestik.

"Kesepakatan yang belum jelas itu akan membebani nilai tukar domestik," katanya.

Di sisi lain, menurut dia, data ekonomi AS yang akan dirilis, yakni Indeks Harga Produsen (PPI) bulan Mei dan survei Sentimen Konsumen AS bulan Juni dapat menjadi penggerak dolar AS jika data itu mencatatkan lebih bagus dari data sebelumnya.

"Hasil yang bagus tentu bisa mendukung kembali rebound nilai tukar dolar AS," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (12/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.317 dibandingkan hari sebelumnya (11/6) Rp13.292.