Psikolog: kasus pembunuhan Angeline tergolong sadis
11 Juni 2015 20:26 WIB
ilustrasi Polisi mengevakuasi jenazah Angeline dari kediamannya di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, Rabu (10/6). Pihak kepolisian menemukan jasad Angeline (8) yang dikabarkan hilang sejak 16 Mei 2015 dikubur di bawah kandang ayam di halaman rumah. (ANTARA FOTO/Wira Suryantala)
Denpasar (ANTARA News) - Psikolog dari Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) Provinsi Bali Retno IG Kusuma menilai pembunuhan terhadap Angeline (8 tahun), bocah wanita yang ditemukan tewas di halaman rumahnya, Jalan Sedap Malam, Denpasar, tergolong sadis.
"Secara psikolog kasus ini terbilang cukup sadis, dimana bocah tersebut diduga mendapat kekerasan seksual," ujar Retno, saat dihubungi di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan kasus kekerasan bukan hal yang baru pertama kali terjadi, sehingga kemungkinan besar kasus serupa kemungkinan juga sering terjadi.
Upaya untuk menangkal hal tersebut, kata dia, perlu adanya kontrol sosial dari lingkungan yang harus ditingkatkan.
"Kalau masyarakat atau tetangga melihat ada kekerasan terhadap seorang anak, sangat baik untuk segera melaporkan ke pihak berwajib. Paling tidak bisa mencegah hal-hal seperti ini," ujarnya.
Terkait adanya gangguan psikologis antara ibu angkat dan anak tersebut, pihaknya menilai tidak ada pengaruh signifikan.
Namun, terjadi kedekatan emosional antar personal yang sangat mempengaruhi sikap seseorang terhadap yang lainnya.
"Satu hal yang perlu diingat adalah masyarakat dan pemerintah juga harus mengawasi setiap proses adopsi anak," ujarnya.
Ia mengharapkan masyarakat mulai meningkatkan kesadaran kontrol sosialnya sehingga kasus-kasus seperti ini tidak terjadi lagi. "Kedepannya tidak ada lagi kejadian seperti ini," katanya.
"Secara psikolog kasus ini terbilang cukup sadis, dimana bocah tersebut diduga mendapat kekerasan seksual," ujar Retno, saat dihubungi di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan kasus kekerasan bukan hal yang baru pertama kali terjadi, sehingga kemungkinan besar kasus serupa kemungkinan juga sering terjadi.
Upaya untuk menangkal hal tersebut, kata dia, perlu adanya kontrol sosial dari lingkungan yang harus ditingkatkan.
"Kalau masyarakat atau tetangga melihat ada kekerasan terhadap seorang anak, sangat baik untuk segera melaporkan ke pihak berwajib. Paling tidak bisa mencegah hal-hal seperti ini," ujarnya.
Terkait adanya gangguan psikologis antara ibu angkat dan anak tersebut, pihaknya menilai tidak ada pengaruh signifikan.
Namun, terjadi kedekatan emosional antar personal yang sangat mempengaruhi sikap seseorang terhadap yang lainnya.
"Satu hal yang perlu diingat adalah masyarakat dan pemerintah juga harus mengawasi setiap proses adopsi anak," ujarnya.
Ia mengharapkan masyarakat mulai meningkatkan kesadaran kontrol sosialnya sehingga kasus-kasus seperti ini tidak terjadi lagi. "Kedepannya tidak ada lagi kejadian seperti ini," katanya.
Pewarta: I Made Surya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: