Sebanyak 136 sungai di Jateng tercemar
11 Juni 2015 18:21 WIB
ilustrasi Sejumlah aktifis lingkungan menyusuri sungai dengan menggunakan perahu karet, mengambil sampah tas plastik di Kali Surabaya kawasan Karangpilang, Surabaya. (ANTARA/Eric Ireng)
Semarang (ANTARA News) - Pakar ilmu lingkungan Universitas Diponegoro Semarang Prof Sudharto P Hadi menyebutkan setidaknya 136 sungai di wilayah Jawa Tengah terkena pencemaran.
"Ada sebanyak 136 sungai tercemar dan 35 daerah aliran sungai (DAS) di Jateng kritis," katanya usai Focus Gruop Discussion (FGD) Kongres Sungai Indonesia (KSI) di Semarang, Kamis.
Kegiatan FGD KSI itu digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara untuk menyiapkan gawe besar pada Agustus mendatang yang menjadi bagian dari Festival Serayu.
Mantan Rektor Undip itu menyebutkan sebanyak 136 sungai yang tercemar tersebut, antara lain Sungai Babon dan Sungai Banjir Kanal yang ada di Kota Semarang dan Sungai Bengawan Solo.
Hampir semua sungai yang berada di kawasan industri, kata dia, mengalami tingkat pencemaran yang sudah cukup parah, meski pencemaran sangat besar juga disumbang dari limbah domestik.
"Kalau pencemarannya dari industri, ya, harus dilakukan penegakan hukum. Namun, kedepankan pendekatan administrasi, mulai teguran I sampai III, lalu kewajiban audit lingkungan," katanya.
Sudharto mengatakan semua industri sebenarnya wajib melakukan kajian lingkungan yang muaranya pada pengelolaan lingkungan, melalui analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
"Kemudian, Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Kadang sudah ada Amdal, UKL, dan UPL, namun pengelolaan lingkungannya tidak dijalankan," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno menyatakan kesiapan daerahnya menjadi tuan rumah pelaksanaan KSI sebagai bagian Festival Serayu yang sudah menjadi agenda tahunan.
"Secara fisik dan teknis sudah kami siapkan. Yang jelas, kami yang di lapangan sudah siap. Nanti ada gelar budaya, pentas kesenian dari beberapa kabupaten, Serayu Expo," ungkapnya.
Sebagai daerah yang terkenal dengan minumas es dawetnya, kata dia, "Banjar Banjir Dawet" juga digelar sebagai bagian Festival Serayu dan semuanya bisa meminum es dawet sepuasnya.
Kepala Biro Humas Pemprov Jateng Sinoeng NR menambahkan FGD FSI itu dilakukan untuk menjaring masukan dari berbagai pakar dan ahli lingkungan mengenai penyelenggaraan kongres sungai mendatang.
"Setelah ini, kami akan menggelar kegiatan pembukaan dengan berbagai perlombaan, seperti pidato, puisi, menggambar, memancing, sampai puncaknya pada FSI 26-30 Agustus 2015," katanya.
"Ada sebanyak 136 sungai tercemar dan 35 daerah aliran sungai (DAS) di Jateng kritis," katanya usai Focus Gruop Discussion (FGD) Kongres Sungai Indonesia (KSI) di Semarang, Kamis.
Kegiatan FGD KSI itu digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara untuk menyiapkan gawe besar pada Agustus mendatang yang menjadi bagian dari Festival Serayu.
Mantan Rektor Undip itu menyebutkan sebanyak 136 sungai yang tercemar tersebut, antara lain Sungai Babon dan Sungai Banjir Kanal yang ada di Kota Semarang dan Sungai Bengawan Solo.
Hampir semua sungai yang berada di kawasan industri, kata dia, mengalami tingkat pencemaran yang sudah cukup parah, meski pencemaran sangat besar juga disumbang dari limbah domestik.
"Kalau pencemarannya dari industri, ya, harus dilakukan penegakan hukum. Namun, kedepankan pendekatan administrasi, mulai teguran I sampai III, lalu kewajiban audit lingkungan," katanya.
Sudharto mengatakan semua industri sebenarnya wajib melakukan kajian lingkungan yang muaranya pada pengelolaan lingkungan, melalui analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
"Kemudian, Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Kadang sudah ada Amdal, UKL, dan UPL, namun pengelolaan lingkungannya tidak dijalankan," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno menyatakan kesiapan daerahnya menjadi tuan rumah pelaksanaan KSI sebagai bagian Festival Serayu yang sudah menjadi agenda tahunan.
"Secara fisik dan teknis sudah kami siapkan. Yang jelas, kami yang di lapangan sudah siap. Nanti ada gelar budaya, pentas kesenian dari beberapa kabupaten, Serayu Expo," ungkapnya.
Sebagai daerah yang terkenal dengan minumas es dawetnya, kata dia, "Banjar Banjir Dawet" juga digelar sebagai bagian Festival Serayu dan semuanya bisa meminum es dawet sepuasnya.
Kepala Biro Humas Pemprov Jateng Sinoeng NR menambahkan FGD FSI itu dilakukan untuk menjaring masukan dari berbagai pakar dan ahli lingkungan mengenai penyelenggaraan kongres sungai mendatang.
"Setelah ini, kami akan menggelar kegiatan pembukaan dengan berbagai perlombaan, seperti pidato, puisi, menggambar, memancing, sampai puncaknya pada FSI 26-30 Agustus 2015," katanya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: